TEL AVIV (Arrahmah.id) – Pemimpin partai Biru dan Putih ‘Israel’, Benny Gantz, dan mantan Kepala Staf Angkatan Darat ‘Israel’ Gadi Eisenkot telah memperingatkan bahwa ‘Israel’ “dalam bahaya” karena meningkatnya perpecahan internal, sementara mantan Perdana Menteri Ehud Olmert menyatakan bahwa ‘Israel’ “lebih dekat dengan perang saudara.”
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya krisis politik yang dipicu oleh desakan Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu untuk memecat kepala Shin Bet Ronen Bar.
Perpecahan di dalam ‘Israel’ makin dalam menyusul keputusan Netanyahu untuk memecat Bar, pembekuan sementara keputusan tersebut oleh Mahkamah Agung, dan mosi tidak percaya pemerintah secara bulat terhadap Jaksa Agung Gali Baharav-Miara, yang semuanya menyebabkan kemarahan publik yang meluas.
“Memang benar ada banyak tantangan keamanan dari luar negeri, tetapi keamanan ‘Israel’ terancam karena perpecahan internal,” kata Gantz dalam sebuah pernyataan pada Senin (24/3/2025).
“Ketika kita mencabik-cabik rakyat dari dalam, kita memperkuat sikap keras kepala Hamas dan memberinya harapan bahwa Hamas dapat menghancurkan kita. Masalah yang paling mendesak sekarang adalah pengembalian tentara kita yang diculik.”
“Siapa pun yang mengabaikan hal ini sekarang secara sadar membahayakan keamanan negara. Apa yang terjadi di sini sedang meletakkan dasar bagi bencana berikutnya dan menyulut musuh-musuh kita,” tambahnya.
Sementara itu, Eisenkot menyatakan bahwa “sementara sebagian besar warga ‘Israel’ mendukung pemulangan segera para korban penculikan dan kelanjutan perang yang menentukan terhadap terorisme hingga kekalahannya, pemerintah berfokus pada perjuangan melawan para penjaga gerbang (merujuk pada para pimpinan badan keamanan) dan sistem peradilan.”
‘Badai Sempurna’
Sementara itu, saat berbicara kepada New York Times pada Senin (24/3), Olmert mengatakan bahwa “fondasi negara (‘Israel’) sedang berguncang”.
“Netanyahu siap mengorbankan segalanya demi kelangsungan hidupnya, dan kita semakin dekat dengan perang saudara daripada yang disadari orang-orang,” ia memperingatkan, seraya menambahkan:
“Di Gaza, kami kembali bertempur — dan untuk apa? Dan di luar negeri, saya tidak pernah ingat kebencian dan pertentangan seperti itu terhadap negara ‘Israel’.”
Ini bukan pertama kalinya Olmert mengkritik pemerintah ‘Israel’ yang dipimpin Netanyahu.
Maret lalu, dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar ‘Israel’ Haaretz, Olmert berpendapat bahwa ‘Israel’ hanya punya dua pilihan: gencatan senjata sekarang atau kematian tawanan ‘Israel’ yang saat ini ditahan di Gaza.
“Harapan yang diciptakan oleh pemerintah kita yang penuh malapetaka mengenai tujuan perang tidak berdasar, tidak nyata, dan tidak dapat dicapai sejak awal,” tulis Olmert.
“Netanyahu, jika dia benar-benar sadar ketika pertama kali mengeluarkan komitmen sombong ini atau ketika mengulanginya di setiap konferensi persnya yang menjijikkan, seharusnya dia tahu bahwa tidak ada kemungkinan untuk mencapai (penghancuran Hamas),” tambahnya.
Olmert menjabat sebagai perdana menteri dari 2006 hingga 2009. (zarahamala/arrahmah.id)