TEL AVIV (Arrahmah.id) – Kepala Staf Angkatan Darat ‘Israel’ yang baru, Eyal Zamir, secara resmi dilantik pada 5 Maret, menyampaikan pidato dan bersumpah bahwa “misi” melawan Hamas “belum selesai.”
Upacara ini dilaksanakan lebih dari satu bulan setelah pengunduran diri pendahulunya, Herzi Halevi, diumumkan.
“IDF telah mencapai prestasi yang mengesankan di medan perang. Kami memenangkan pertempuran di Gaza dan Lebanon; kami menyerang jauh di Yaman dan Iran. Hamas menerima pukulan berat, tetapi belum dikalahkan. Misi belum selesai,” kata Zamir dalam pidatonya.
“Tugas moral kita jelas: Bawa semua orang pulang, dengan cara apa pun yang memungkinkan dan secepat mungkin,” imbuhnya, saat berbicara kepada keluarga tawanan ‘Israel’ yang ditawan oleh kelompok perlawanan Palestina di Gaza.
Halevi berpidato selama upacara tersebut, menyerukan pembentukan komisi untuk menyelidiki peristiwa 7 Oktober 2023.
“Pembentukan komisi penyelidikan negara itu perlu dan vital. Bukan untuk mencari siapa yang harus disalahkan, tetapi pertama-tama dan terutama untuk mencapai sumber masalah dan memungkinkan perbaikan,” katanya. “Pada 7 Oktober, IDF gagal. Itu adalah kegagalan yang mendalam. Namun, kegagalan sebesar ini tidak dapat diselidiki hanya di IDF dan Shin Bet.”
Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu secara konsisten memblokir pembentukan komisi semacam itu.
Herzi Halevi mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Januari karena kegagalannya mencegah Operasi Banjir Al-Aqsa milik Hamas. Beberapa pejabat militer dan intelijen lainnya juga berniat mengundurkan diri pada 7 Oktober, termasuk kepala dinas keamanan Shin Bet Israel, Ronen Bar.
Beberapa laporan telah muncul sejak perang di Gaza dimulai, mengungkapkan bahwa otoritas ‘Israel’ mengabaikan beberapa peringatan tentang Operasi Banjir Al-Aqsa.
Pengganti Halevi menjabat sebagai sekretaris militer Netanyahu dari 2012 hingga 2015. Selama masa jabatannya sebagai kepala komando selatan ‘Israel’, Zamir memimpin pasukan dalam protes Great March of Return 2018-2019 di Gaza, ketika lebih dari 150 warga Palestina dan 10.000 lainnya terbunuh dan terluka oleh tentara.
Pelantikannya dilakukan saat pasukan ‘Israel’ terus melanggar dua perjanjian gencatan senjata yang terpisah – mempertahankan pendudukan di Lebanon selatan dan melancarkan serangan rutin ke negara tersebut, sembari menghalangi dimulainya tahap kedua perjanjian Gaza dan mengancam akan kembali berperang di jalur tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)