QATAR (Arrahmah.id) – Jurnalis Amerika, Thomas Friedman, memperingatkan para pemimpin negara-negara Arab agar tidak menyerah begitu saja pada kebijakan Presiden AS, Donald Trump, tanpa mendapatkan imbalan yang sepadan. Ia menekankan pentingnya menetapkan syarat yang jelas dalam berurusan dengannya.
Dalam wawancaranya dengan program Masar Al-Ahdath, Al Jazeeea. Friedman menyampaikan pesan langsung kepada para pemimpin Arab menjelang KTT Darurat Arab yang dijadwalkan berlangsung pada Selasa di Kairo, membahas perkembangan di Gaza dan wilayah Palestina.
Menurut Friedman, fase berikutnya membutuhkan diplomasi yang sangat hati-hati, terutama mengingat kepentingan yang saling bertentangan antara Trump dan Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu. Ia menilai kontradiksi antara tujuan keduanya dapat menyebabkan benturan di masa depan.
Friedman menggambarkan situasi di “Israel” sebagai kacau. Netanyahu menghadapi tekanan besar dari kelompok sayap kanan dan keluarga para sandera. Tekanan ini, alih-alih mereda setelah pembebasan beberapa sandera, justru semakin meningkat, mendorong Netanyahu untuk mencari cara agar bisa bertahan di kekuasaan selama mungkin.
Lebih lanjut, Friedman menjelaskan bahwa hubungan antara Trump dan Netanyahu dibangun di atas simpati yang kuat, tetapi kepentingan mereka tidak selalu sejalan. Trump mengincar kesepakatan normalisasi antara Arab Saudi dan “Israel”, sementara Netanyahu lebih berfokus pada kelangsungan kekuasaannya.
Friedman juga menyoroti cara pemerintahan Trump memperlakukan “Israel” dengan kebijakan memberikan segalanya tanpa syarat, yang semakin mengukuhkan pendudukan wilayah Palestina. Namun, ia menekankan bahwa kepentingan sejati AS justru terletak pada solusi dua negara serta pembentukan blok regional untuk membatasi pengaruh China—sebuah pendekatan yang bertentangan dengan kebijakan Netanyahu.
Amerika yang Dikenal Dunia Telah Berakhir
Membahas kondisi internal AS, Friedman menyatakan bahwa “Amerika yang dikenal dunia telah berakhir.” Menurutnya, empat tahun ke depan akan sangat berbeda dari sebelumnya.
Ia mengungkapkan bahwa AS, yang selama beberapa dekade menjadi penjaga ketertiban dunia, kini berubah menjadi negara yang justru memeras sekutunya—seperti yang terjadi dengan Ukraina.
Friedman juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap masa depan pemerintahan AS. Ia menilai bahwa Trump kini tidak lagi dikelilingi oleh penasihat yang dapat menahannya dari keputusan-keputusan gegabah, melainkan oleh orang-orang yang justru memperkuat ide-idenya.
Ia bahkan menduga para penasihat ini mungkin akan mendorong Trump untuk mewujudkan rencana-rencana tidak realistis, seperti mengusir warga Palestina dan mengubah Gaza menjadi kawasan investasi.
Pesan untuk Para Pemimpin Arab
Terkait dampaknya pada dunia Arab, Friedman mengkritik beberapa pemimpin yang memperlakukan Trump layaknya seorang raja, dengan membayar mahal demi mendapatkan loyalitasnya.
Ia menegaskan bahwa stabilitas hukum adalah satu-satunya faktor yang dapat menjamin kemakmuran sebuah negara, dan memperingatkan bahwa AS sendiri bisa kehilangan stabilitas ini akibat serangan terhadap lembaga-lembaganya.
Mengakhiri pernyataannya, Friedman memberikan pesan tegas kepada para pemimpin Arab:
“Jangan biarkan Trump menentukan segalanya tanpa imbalan. Buatlah rencana, ajukan tuntutan yang jelas, dan jika ia menginginkan sesuatu dari kalian, pastikan ada sesuatu yang harus ia berikan sebagai balasannya.”
(Samirnusa/arrahmah.id)