GAZA (Arrahmah.id) – Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu mengecam video yang dirilis oleh Brigade Al-Qassam pada Sabtu ini. Video tersebut memperlihatkan tawanan yang berpamitan satu sama lain di akhir tahap pertama gencatan senjata di Gaza, memicu reaksi keras dari keluarga tawanan dan masyarakat “Israel”.
Netanyahu: “Perang Psikologis”
Menanggapi video tersebut, Netanyahu menyebutnya sebagai “propaganda kejam” yang memaksa sandera untuk terlibat dalam perang psikologis. Ia menegaskan bahwa dirinya akan terus berusaha mengembalikan semua tawanan dan mencapai seluruh tujuan perang.
Sementara itu, Brigade Al-Qassam dalam videonya menampilkan lima tawanan di dalam sebuah rumah sebelum dua di antaranya dibebaskan. Salah satu tawanan yang masih tertahan mendesak masyarakat “Israel” untuk terus berdemonstrasi hingga Netanyahu menandatangani tahap kedua perjanjian pertukaran.
Keluarga Tawanan “Israel”: Netanyahu Gagalkan Kesepakatan!
Setelah video itu beredar, keluarga tawanan “Israel” di Gaza menuduh Netanyahu menghambat kesepakatan demi kepentingan politik dan “mengubur para tawanan di dalam terowongan.”
Dalam pernyataan mereka, keluarga tawanan menegaskan bahwa Netanyahu berusaha menggagalkan perjanjian dan mereka tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Mereka menuntut pembebasan 59 tawanan yang masih berada di Gaza dalam satu tahap sekaligus dan meminta Presiden AS Donald Trump untuk menekan Netanyahu agar tidak menggagalkan kesepakatan.
“Ini Benar-Benar Tidak Manusiawi”
Video yang dirilis Al-Qassam berjudul “Ini Benar-Benar Tidak Manusiawi”. Dalam video tersebut, salah satu tawanan mengungkapkan perasaannya saat saudaranya dibebaskan lebih dulu, menyebut bahwa “tidak masuk akal jika sebagian dibebaskan sementara yang lain tetap ditahan.”
Ia juga mengirim pesan kepada keluarganya agar terus berdemonstrasi hingga semua tawanan dibebaskan. Dengan suara tenang namun penuh emosi, ia berkata:
“Saya tidak ingin berteriak, tapi apakah kalian sudah gila? Saudara saya keluar, sementara saya dan yang lainnya tetap di sini selama satu setengah tahun!”
Ia menutup dengan pesan kepada Netanyahu:
“Netanyahu, cukup. Jika kau punya sedikit hati atau nurani, tandatangani perjanjian itu hari ini juga.”
Netanyahu Dianggap Menghambat Perundingan
Sesuai perjanjian, “Israel” seharusnya mulai menarik pasukan dari Koridor Philadelphia yang berbatasan dengan Mesir dan Gaza. Namun, Menteri Pertahanan “Israel” Yisrael Katz menyatakan bahwa wilayah itu akan tetap dijaga sebagai “zona penyangga”, seperti yang dilakukan “Israel” di Lebanon dan Suriah.
Keputusan ini membuat negosiasi tahap kedua terhambat. Netanyahu dikabarkan mengadakan konsultasi darurat dengan pejabat keamanan dan Menteri Pertahanan untuk membahas kelanjutan kesepakatan.
Sumber dari kanal berita 13 menyebut bahwa “Israel” mengajukan syarat baru untuk memperpanjang tahap pertama, dengan alasan ingin membebaskan lebih banyak tawanan “Israel” yang masih hidup.
Perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 19 Januari mencakup tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari, dengan mediasi dari Mesir dan Qatar serta dukungan dari Amerika Serikat.
Brigade Al-Qassam mengakhiri video dengan pesan dalam bahasa Arab, Ibrani, dan Inggris:
“Mereka tidak akan kembali kecuali dengan sebuah kesepakatan… Waktu semakin habis.”
(Samirmusa/arrahmah.id)