ANKARA (Arrahmah.id) – Partai Pekerja Kurdistan (PKK) telah menyatakan akan melakukan gencatan senjata dengan Turki, mengindahkan seruan dari pemimpinnya yang dipenjara, Abdullah Ocalan, untuk melucuti diri, demikian laporan media Kurdi.
Pengumuman oleh kelompok terlarang tersebut, yang dilaporkan oleh kantor berita Firat (ANF) yang pro-PKK pada Sabtu (1/3/2025), dipandang sebagai sebuah langkah besar untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 40 tahun dengan negara Turki.
“Untuk membuka jalan bagi pelaksanaan seruan pemimpin Apo untuk perdamaian dan masyarakat yang demokratis, kami mendeklarasikan gencatan senjata yang berlaku mulai hari ini,” komite eksekutif PKK mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh ANF.
“Kami setuju dengan isi seruan tersebut dan kami menyatakan bahwa kami akan mengikuti dan melaksanakannya,” kata komite tersebut.
“Tidak ada pasukan kami yang akan mengambil tindakan bersenjata kecuali jika diserang,” tambahnya.
Kelompok itu mengatakan mereka berharap Ankara akan membebaskan Ocalan, yang ditahan dalam isolasi total sejak tahun 1999, sehingga ia dapat memimpin proses pelucutan senjata, dan menambahkan bahwa kondisi politik dan demokrasi yang diperlukan perlu ditetapkan agar proses tersebut berhasil.
Pernyataan tersebut tidak secara spesifik menetapkan jadwal kapan kelompok tersebut akan bubar.
Pada Kamis, Ocalan membuat seruan bersejarah dari penjara agar kelompok tersebut meletakkan senjata, membubarkan diri dan mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun dengan pemerintah Turki.
Ocalan, 75 tahun, telah dipenjara di pulau Imrali, di lepas pantai Istanbul, sejak tahun 1999, setelah divonis bersalah atas pengkhianatan. Meskipun dipenjara, ia terus memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PKK, yang ia dirikan pada 1978.
Sehari setelahnya, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyambut baik ajakan Ocalan, dan menggambarkannya sebagai “kesempatan bersejarah” untuk perdamaian.
Ia mengatakan Turki akan “mengawasi dengan seksama” untuk memastikan bahwa pembicaraan untuk mengakhiri pemberontakan ini “berhasil”.
“Ketika tekanan terorisme dan senjata dihilangkan, ruang untuk politik dalam demokrasi secara alami akan meluas,” janji Erdogan.
PKK, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah mengobarkan pemberontakan sejak 1984 dengan tujuan mengukir tanah air bagi orang Kurdi, yang berjumlah sekitar 20 persen dari 85 juta penduduk Turki.
Sejak Ocalan dipenjara pada 1999, telah ada berbagai upaya untuk mengakhiri pertumpahan darah yang telah menewaskan lebih dari 40.000 orang.
Upaya-upaya perdamaian sebelumnya dengan PKK berakhir dengan kegagalan, yang terakhir pada 2015.
PKK mengatakan pada Sabtu bahwa mereka siap untuk mengadakan kongres seperti yang diinginkan Ocalan, tetapi “agar hal ini terjadi, lingkungan yang aman dan sesuai harus diciptakan” dan Ocalan “harus secara pribadi mengarahkan dan memimpin untuk keberhasilan kongres”. (haninmazaya/arrahmah.id)