TEL AVIV (Arrahmah.id) – Upaya mediator untuk menyelamatkan kesepakatan pertukaran tawanan antara pihak penjajah “Israel” dan Hamas terus berlanjut. Menurut laporan Yedioth Ahronoth, tidak ada pihak yang ingin membiarkan kesepakatan ini runtuh dan berujung pada eskalasi baru.
Sumber Zionis mengungkap bahwa “Israel” telah menyampaikan kepada mediator kesiapannya membebaskan gelombang tawanan Palestina yang sebelumnya ditangguhkan, dengan syarat Hamas menyerahkan jenazah empat “sandera” tanpa prosesi seremonial. Penundaan pembebasan tawanan Palestina disebut terkait dengan kekhawatiran “Israel” terhadap apa yang mereka sebut sebagai “upacara penghinaan” yang dianggap melukai harga diri nasional.
Tekanan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera menyelesaikan kesepakatan ini juga meningkat. Channel 13 melaporkan bahwa Kepala Shin Bet, Ronen Bar, dan negosiator militer, Mayor Jenderal Nitzan Alon, telah memperingatkan Netanyahu bahwa menunda pembebasan tawanan Palestina dapat mengancam keberlanjutan kesepakatan. Sementara itu, Channel 12 menyebut bahwa penjajah bersikeras agar Hamas tidak menggelar upacara seremonial dalam proses pertukaran tawanan.
Pemerintahan Netanyahu Ditekan dari Berbagai Pihak
Seorang pejabat tinggi Zionis yang dikutip oleh Walla mengkritik kebijakan Netanyahu, menyebut bahwa pemerintahannya telah “melempar batu ke dalam sumur, dan sekarang berusaha mengeluarkannya sendiri.” Ia menyesalkan bahwa beberapa pihak dalam pemerintahan lebih fokus pada bagaimana Hamas melakukan serah terima jenazah daripada memastikan pemulangan mereka secepatnya.
Pejabat tersebut juga menegaskan bahwa Netanyahu sebenarnya ingin mencapai kesepakatan dengan Hamas guna membebaskan lebih banyak tawanan, tetapi tanpa menghentikan agresi militernya di Gaza.
AS Dorong Kelanjutan Kesepakatan
Di sisi lain, anggota Kongres AS, Josh Gottheimer, menyatakan bahwa dirinya telah melakukan pembicaraan intensif dengan mediator utama di Qatar. Ia menegaskan bahwa prioritas utama adalah membawa pulang tawanan AS yang masih hidup di Gaza.
Gottheimer, yang merupakan anggota Komite Intelijen DPR AS, menekankan bahwa seluruh tawanan Zionis di Gaza harus dibebaskan dan AS tidak boleh meninggalkan siapa pun. Ia juga menyoroti fase kedua dari kesepakatan yang didukung AS, yang menurutnya akan mencakup pembebasan lebih banyak tawanan Zionis.
Kesepakatan pertukaran ini merupakan bagian dari perundingan yang dimediasi oleh Qatar bersama Mesir dan AS, yang bertujuan mengakhiri agresi Zionis di Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan. Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Hamas dan faksi perlawanan Palestina akan membebaskan puluhan tawanan Zionis sebagai imbalan atas ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara penjajah.
(Samirmusa/arrahmah.id)