TEPI BARAT (Arrahmah.id) – Seruan untuk mengusir warga Palestina dari Gaza telah diterjemahkan menjadi tindakan di Tepi Barat yang diduduki, di mana tentara pendudukan telah memaksa puluhan ribu warga Palestina meninggalkan rumah mereka, Haaretz melaporkan pada Senin (24/2/2025).
Edisi bahasa Ibrani dari surat kabar tersebut merujuk pada pernyataan Menteri Pertahanan ‘Israel’, Israel Katz, yang dengan bangga mengumumkan kemarin tujuan operasi yang dilancarkan tentara di Tepi Barat yang diduduki: pengusiran penduduk kamp pengungsian.
Surat kabar itu menambahkan bahwa dalam konteks Jalur Gaza, mereka memimpikan pemindahan, tetapi di Tepi Barat, mereka benar-benar melaksanakannya.
Menteri tersebut menambahkan bahwa “diasumsikan bahwa 40.000 warga Palestina yang telah diusir dari kamp-kamp pengungsi di Jenin, Tulkarem dan Nour Shams tidak akan diizinkan kembali ke sana setidaknya selama satu tahun.”
Surat kabar itu mengatakan: “Pernyataan Katz sepenuhnya bertentangan dengan klaim resmi tentara ‘Israel’ sejak awal operasi di Tepi Barat, yaitu tidak mengevakuasi penduduk Tepi Barat.”
Menurut surat kabar tersebut, “penduduk kamp pengungsian yang dievakuasi dari rumah mereka berlindung di desa-desa dan kota-kota di daerah tersebut.”
Puluhan dari mereka tidur di lantai tempat penampungan sementara yang dikelola oleh relawan lokal, sementara puluhan ribu dari mereka terpaksa mengungsi dari rumah mereka dengan cepat, tanpa cukup pakaian, obat-obatan, atau uang. Anak-anak tidak bersekolah selama berpekan-pekan.
Ditambahkannya bahwa “tentara sedang menghancurkan rumah-rumah di kamp-kamp pengungsi untuk memperlebar jalan, dan telah memutuskan untuk memperketat suasana lebih jauh, karena tentara telah membawa tank-tanknya ke kamp pengungsi Jenin – untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.”
Surat kabar tersebut menilai bahwa “praktik militer di Tepi Barat merupakan hasil dari kampanye yang dipimpin oleh para pemimpin pemukim yang telah mendorong hal ini selama lebih dari setahun, karena para pemukim telah berhasil mengubah Tepi Barat menjadi zona perang dalam segala arti kata.”
Warga Palestina melaporkan telah dipaksa keluar dari rumah mereka oleh pasukan pendudukan ‘Israel’, sementara yang lain digunakan sebagai tameng manusia, lalu diperintahkan meninggalkan kamp pengungsian. Seorang pria tua tuna netra menceritakan bagaimana tentara mengambil alih sebuah gedung, membawanya masuk, dan menguncinya di sebuah kamar bersama keluarga lain selama dua hari tanpa dapat berkomunikasi dengan siapa pun.
Surat kabar itu menekankan bahwa peningkatan yang cepat dalam beberapa pekan terakhir – merupakan kompensasi bagi sayap kanan ‘Israel’ atas kekecewaan dan kesedihan yang disebabkan oleh kesepakatan pertukaran tahanan.
Surat kabar itu mengatakan bahwa “Israel, seperti biasa, alih-alih menyelesaikan akar permasalahan konflik, justru membuktikan bahwa mereka hanya mengerti kekuatan dan hanya mampu berpikir jangka pendek.” (zarahamala/arrahmah.id)