KABUL (Arrahmah.id) – Delegasi tingkat tinggi Imarah Islam Afghanistan, yang dipimpin oleh Mullah Abdul Ghani Baradar, wakil perdana menteri untuk urusan ekonomi, kembali ke Kabul pada Ahad (23/2/2025) setelah kunjungan dua hari ke Uzbekistan.
Mullah Baradar menggambarkan kunjungan tersebut sebagai kunjungan yang produktif, dengan menyatakan bahwa selama negosiasi dengan para pejabat Uzbekistan, kesepakatan telah dicapai untuk memperluas perdagangan, mengimpor listrik, mengekspor produk pertanian Afghanistan, mengembangkan transportasi, dan membangun jalur kereta api di Afghanistan, lansir Tolo News.
Dia mencatat bahwa sebagai hasil dari diskusi dengan pejabat Uzbekistan, biaya proyek saluran transmisi 500 kilovolt berkurang dari $252 juta menjadi $222 juta.
Mengenai hal ini, Mullah Baradar mengatakan: “Beberapa pertemuan telah diadakan dengan para menteri terkait di bidang perdagangan, listrik, penerbangan, pertanian, dan kereta api, dan ada kemungkinan kemajuan lebih lanjut di bidang-bidang ini.”
Mullah Baradar juga mengumumkan bahwa delegasi teknis dari Uzbekistan akan mengunjungi Afghanistan untuk melakukan studi pendahuluan pada proyek kereta api Hairatan-Herat.
Sementara itu, Nooruddin Azizi, Menteri Perindustrian dan Perdagangan, menunjukkan penurunan ekspor Afghanistan ke Uzbekistan dan menyatakan bahwa selama kunjungan ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyeimbangkan perdagangan dan perjanjian perdagangan preferensial.
Dia menambahkan bahwa diskusi diadakan untuk memfasilitasi kegiatan perdagangan antara kedua negara, termasuk kerja sama perbankan, mengurangi pajak atas ekspor Afghanistan ke Uzbekistan, dan mendirikan pusat perdagangan bersama.
Azizi mengatakan: “Ini adalah perjanjian preferensial yang akan mengurangi tarif bea cukai pada sepuluh barang Afghanistan menjadi nol dan juga akan mencakup sepuluh barang Uzbekistan yang dibutuhkan oleh Afghanistan.”
Dalam pertemuan dengan wakil perdana menteri Uzbekistan, Mullah Baradar menekankan bahwa Afghanistan dan Uzbekistan memiliki ikatan sejarah, agama, dan budaya, yang secara positif mempengaruhi perluasan hubungan kedua negara. (haninmazaya/arrahmah.id)