GAZA (Arrahmah.id) – Investigasi keamanan ‘Israel’ mengungkap keunggulan intelijen yang dimiliki oleh Mohammed al-Deif, pemimpin Al-Qassam Brigades, sayap militer Hamas, yang telah meninggal. Investigasi tersebut menyatakan bahwa al-Deif menunda serangan 7 Oktober selama setengah jam dari jadwal aslinya.
Menurut informasi yang diizinkan oleh sensor militer ‘Israel’ untuk dipublikasikan, al-Deif merencanakan untuk memulai operasi Banjir Al-Aqsa pada pukul 6 pagi, tetapi menundanya setelah dia menyadari ketidakhadiran pasukan ‘Israel’ di wilayah tersebut, termasuk drone dan tank mereka, yang menimbulkan kecurigaannya bahwa hal tersebut mungkin merupakan tipuan militer dari ‘Israel’.
Channel 12 ‘Israel’ dalam laporan yang diterbitkan pada Kamis (20/2/2025) menjelaskan bahwa setelah setengah jam berlalu, keraguan al-Deif hilang dan dia memberikan perintah langsung kepada pasukan elit Al-Qassam Brigades untuk memulai serangan.
Menurut saluran tersebut, investigasi ini didasarkan pada informasi yang diberikan oleh tawanan dari pasukan elit yang mengkonfirmasi bahwa al-Deif berada dalam kontak langsung dengan mereka selama perencanaan serangan, dan bahwa operasi tersebut tidak akan dilaksanakan pada tanggal itu tanpa persetujuan langsung darinya.
Saluran tersebut menyatakan bahwa hasil investigasi telah diserahkan kepada sensor militer ‘Israel’ sejak dua setengah bulan yang lalu, dan baru diizinkan untuk dipublikasikan pada Rabu malam (19/2).
Pada akhir Januari lalu, Al-Qassam Brigades mengumumkan syahidnya komandan jenderal mereka, Mohammed al-Deif, setelah perjalanan panjang yang diwarnai oleh operasi Pedang Al-Quds pada 2021 dan Banjir Al-Aqsa pada 2023.
“Momen Dramatis”
Sementara itu, surat kabar Yedioth Ahronoth pada Jumat (21/2) melaporkan bahwa al-Deif sempat mempertimbangkan untuk membatalkan serangan yang direncanakan setelah pukul 5 pagi pada 7 Oktober 2023.
Surat kabar tersebut menambahkan bahwa al-Deif, yang “terobsesi dengan keamanan informasi”, terus bertanya tentang situasi di pihak ‘Israel’ untuk memastikan bahwa mereka tidak siap.
Surat kabar itu menggambarkan momen ini sebagai salah satu momen paling dramatis yang terungkap dalam investigasi yang dilakukan oleh militer ‘Israel’ mengenai kegagalan mereka dalam menanggapi serangan 7 Oktober.
Mengenai sumber informasi ini, surat kabar tersebut menjelaskan bahwa sumber-sumber terkemuka di Hamas menyampaikannya kepada seorang tokoh terkemuka di negara-negara yang menjadi mediator dalam gencatan senjata di Gaza, dan tokoh tersebut kemudian menyampaikannya kepada pihak ‘Israel’.
Surat kabar tersebut mengkritik institusi keamanan ‘Israel’ karena gagal mendeteksi serangan tersebut, dan menggambarkan kejadian tersebut sebagai kelalaian.
Di sisi lain, KAN pada Jumat (21/2) melaporkan bahwa Angkatan Udara ‘Israel’ mengungkap dalam edisi terbaru majalah mereka bahwa Mohammed al-Deif tewas dalam serangan udara menggunakan 8 bom yang diluncurkan dari pesawat tempur F-35.
Mereka menambahkan bahwa ini adalah upaya kesembilan untuk membunuhnya, tetapi upaya ini berhasil.
‘Israel’ sebelumnya telah mengumumkan pembunuhan Deif pada 13 Juli 2024, ketika pesawat tempur melancarkan serangan terhadap tenda-tenda pengungsi di wilayah Mawasi, Khan Yunis, selatan Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)