TEL AVIV (Arrahmah.id) – Badan Penyiaran “Israel” melaporkan pada hari Jumat bahwa pemeriksaan yang dilakukan oleh militer terhadap jenazah mendiang pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, menunjukkan bahwa darahnya tidak mengandung zat narkotika apa pun.
Dalam laporan yang diterbitkan, badan tersebut menyoroti “hasil menarik” dari laporan akhir otopsi yang disusun oleh militer “Israel.”
Menurut laporan itu, dalam beberapa hari terakhir, militer telah menyelesaikan laporan akhir mengenai otopsi jenazah Sinwar. Pemeriksaan yang dilakukan mencakup berbagai jenis zat narkotika, dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada satu pun yang terdeteksi dalam tubuhnya.
Disebutkan pula bahwa satu-satunya zat yang ditemukan dalam kadar tinggi dalam darah Sinwar adalah kafein, yang secara alami terdapat dalam berbagai makanan dan minuman, seperti biji kopi.
Pada Oktober 2024, sekitar satu tahun setelah dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa dan perang “Israel” yang menghancurkan di Gaza, Sinwar terbunuh di kota Rafah, Gaza selatan, oleh tembakan tentara “Israel” saat sedang bertempur.
Media “Israel” telah menyebarkan gambar barang-barang pribadi yang ditemukan bersama Sinwar saat ia dibunuh. Barang-barang tersebut meliputi tasbih, botol parfum kecil, sebatang cokelat, buku doa, lampu kecil, serta sebuah senjata tajam.
Menurut laporan Anadolu Agency, militer “Israel” telah memutuskan untuk tidak mengeluarkan peluru yang bersarang di kepala Sinwar dan menjadi penyebab kematiannya. Keputusan ini berarti identitas tentara yang menembaknya tidak akan bisa diungkap.
Tuduhan Palsu yang Terbantahkan
Laporan analisis jenazah Sinwar membantah segala tuduhan dan klaim yang dilontarkan “Israel” untuk mendiskreditkan pejuang Hamas. Badan Penyiaran “Israel” menyatakan bahwa ketiadaan jejak narkotika jenis captagon dalam tubuh Sinwar merupakan kejutan bagi militer.
“Israel” sebelumnya menuduh bahwa pejuang elite Hamas menggunakan captagon sebagai doping dalam pertempuran.
Badan Penyiaran “Israel” juga menilai bahwa laporan yang diselesaikan oleh militer mengenai analisis darah Sinwar memiliki implikasi intelijen dan strategis yang signifikan.
Disebutkan bahwa para pejabat tinggi militer sedang mempelajari laporan ini secara mendalam dari berbagai aspek intelijen dan strategi. Meskipun rincian lengkapnya belum diungkapkan, laporan ini diduga dapat memengaruhi langkah militer dan politik “Israel” di masa mendatang.
Dalam konteks yang lebih luas, selama krisis gencatan senjata pekan lalu, analisis “Israel” menunjukkan bahwa salah satu alasan di balik ancaman Mohammad Sinwar—adik Yahya Sinwar—untuk menggagalkan negosiasi, atau bahkan benar-benar melakukannya, adalah tuntutannya untuk mendapatkan kembali jenazah sang kakak. Hingga kini, permintaan tersebut belum dipenuhi.
“Israel” masih menahan jenazah mantan pemimpin Hamas itu di lokasi yang dirahasiakan.
Gugurnya Sinwar
Pada Oktober tahun lalu, militer “Israel” mengumumkan bahwa kematian pemimpin Hamas di Gaza terjadi secara kebetulan.
Juru bicara militer, Daniel Hagari, saat itu menyatakan, “Kami tidak tahu bahwa Sinwar ada di sana. Awalnya, kami mengidentifikasinya sebagai seorang bersenjata di dalam sebuah bangunan. Ia terlihat mengenakan penutup wajah dan melemparkan papan kayu ke arah drone sebelum akhirnya terbunuh beberapa detik kemudian.”
Pada 18 Oktober, Hamas secara resmi mengumumkan gugurnya Yahya Sinwar dalam pertempuran melawan tentara “Israel.” Pengumuman ini dibuat sehari setelah militer “Israel” dan dinas intelijen Shin Bet menerbitkan pernyataan bersama yang mengklaim bahwa tiga orang, termasuk Sinwar, tewas dalam operasi militer di Gaza.
“Israel” menganggap Sinwar sebagai dalang di balik Operasi Badai Al-Aqsa, serangan besar yang dilakukan oleh faksi-faksi perlawanan Palestina di Gaza terhadap permukiman dan pangkalan militer “Israel” di sekitar wilayah tersebut pada 7 Oktober 2023. Serangan ini menyebabkan kerugian besar bagi “Israel,” baik dari segi korban jiwa maupun perlengkapan militer, serta merusak reputasi badan keamanan dan intelijen negara itu di tingkat internasional.
(Samirmusa/arrahmah.id)