DAMASKUS (Arrahmah.id) — Rabbi Yosef Hamra, seorang pemimpin Yahudi yang diusir paksa dari Suriah pada tahun 1992, kini telah kembali ke Damaskus setelah 33 tahun tinggal di luar kampung halamannya.
Kepulangannya menjadi momen penting bagi komunitas Yahudi di Suriah yang semakin menyusut, banyak di antaranya yang mengungsi selama rezim mantan Presiden Hafez al-Assad.
Dilansir Anadolu Agency (18/2/2025), Hamra, ditemani oleh sekelompok orang Yahudi, mengunjungi berbagai situs bersejarah di Damaskus, termasuk gereja-gereja Frenc dan Raki, Sekolah Yahudi Ibn Maiomun, dan Sinagoge Jobar, yang rusak parah selama perang saudara.
Hamra mengungkapkan perasaanya yang campur aduk tentang kepulangannya.
“Mereka meminta kami untuk datang dan melihat kondisi lingkungan dan penduduknya. Orang-orang harus datang berkunjung dan melihat kehidupan mereka, untuk melihat apakah kehidupan mereka dapat dihidupkan kembali atau diperbarui. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang, tetapi kami harus melihatnya sendiri,” tutur dia.
Saat mengunjungi daerah yang dahulu sempat ditinggalinya, Hamra memperhatikan perubahan yang telah terjadi, termasuk perubahan rumahnya sendiri.
“Saya tidak dapat mengenali rumah yang saya bangun dengan tangan saya sendiri,” sebut dia, sambil menekankan bahwa perubahan yang sebenarnya terjadi di negara itu sendiri.
Hamra, yang meninggalkan Suriah bersama keluarganya pada tahun 1992, telah berusaha untuk kembali selama satu setengah tahun terakhir tetapi dia menghadapi kendala karena rezim sebelumnya.
Dalam seruannya kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di Barat, Hamra mendesak mereka untuk mengunjungi Suriah dan menyaksikan sendiri situasi terkini.
“Saya meminta saudara-saudara Yahudi saya untuk berkunjung dan melihat apa yang terjadi. Mungkin ini akan mengarah pada cara berpikir yang berbeda,” tekan dia.
Mouaz Mustafa, Direktur Eksekutif Satuan Tugas Darurat Suriah, sebuah organisasi berbasis di AS yang mengadvokasi demokrasi di Suriah, mendampingi delegasi tersebut dan menyatakan kebanggaannya dalam memfasilitasi kepulangan mereka.
“Ini adalah delegasi Yahudi pertama yang kembali ke Suriah sejak pembebasannya,” kata Mustafa.
“Ini termasuk Rabbi Yosef Hamra, yang tidak pernah ke sini selama 34 tahun. Kami bangga dapat membantu mereka mengunjungi tanah air dan keluarga mereka,” imbuh dia.
Mustafa menekankan bahwa kunjungan ini mengirimkan pesan yang kuat kepada orang-orang Yahudi Suriah di seluruh dunia bahwa Suriah kini aman untuk mereka kembali.
“Ini adalah perjalanan yang sangat penting karena menunjukkan kepada komunitas Yahudi Suriah bahwa mereka dapat kembali, mengambil kembali harta benda mereka, dan bersatu kembali dengan keluarga mereka,” ujar dia.
Saat ini, hanya segelintir orang Yahudi yang masih tinggal di Suriah. Mustafa meminta dukungan internasional untuk membantu membangun kembali warisan Yahudi di negara itu, termasuk sinagoge dan pemakaman, yang banyak di antaranya rusak atau hancur selama perang saudara.
“Beberapa sinagoge hancur, dan banyak yang perlu direnovasi. Kendala terbesar untuk membangun kembali bangunan-bangunan itu adalah sanksi yang dijatuhkan pada pemerintah Suriah,” kata Mustafa.
Dia menambahkan bahwa pencabutan sanksi ini akan memfasilitasi pembangunan kembali situs-situs Yahudi dan membantu membuat warga Suriah, termasuk orang Yahudi, merasa aman untuk kembali ke rumah.
“Kunjungan ini telah memberi kami dorongan besar, dan kami menerima pesan dari orang-orang Yahudi Suriah di seluruh dunia yang ingin mengunjungi tanah air mereka,” pungkas dia.
Lebih dari 5.000 orang Yahudi dipaksa meninggalkan Suriah selama rezim Hafez al-Assad pada 1992, banyak di antaranya menetap di berbagai negara Eropa. Selama beberapa dekade, mereka tidak dapat kembali karena pembatasan politik dan keamanan.
Bashar al-Assad, mantan presiden Suriah yang ditumbangkan pada Desember lalu, selalu mencegah mereka kembali dan telah menyita properti milik orang Yahudi.
Mustafa menegaskan kembali pesannya kepada komunitas Yahudi global: “Tanah air Anda aman. Anda dapat kembali.” (hanoum/arrahmah.id)