TEL AVIV (Arrahmah.id) – Situs berita “Walla” mengutip pejabat keamanan yang menyatakan bahwa rincian tahap-tahap berikutnya dalam kesepakatan pertukaran tahanan di Gaza masih belum jelas. Mereka juga mengungkapkan adanya kekhawatiran akan runtuhnya secara bertahap perjanjian gencatan senjata.
Para pejabat tersebut menambahkan bahwa militer “Israel” tengah bersiap menghadapi berbagai skenario. Mereka telah menyetujui rencana pertahanan dan serangan di Gaza untuk memastikan kesiapan penuh dalam beberapa hari ke depan, bekerja sama dengan dinas intelijen dalam negeri “Israel” (Shin Bet).
Selain itu, mereka menyebut bahwa Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) telah melakukan evaluasi mendalam terhadap perang yang sedang berlangsung. Hamas juga berupaya membangun kembali infrastrukturnya serta merekrut pejuang baru. Tak hanya itu, mereka juga meningkatkan penggunaan alat peledak rakitan dan menerapkan taktik non-konvensional sebagai persiapan menghadapi kemungkinan kembalinya pertempuran.
Situs “Walla” juga melaporkan adanya perkiraan keamanan bahwa Hamas mengirim individu untuk mengamati titik-titik lemah pasukan “Israel” di sepanjang perbatasan dengan Gaza.
Menurut perkiraan keamanan tersebut, jika kesepakatan gencatan senjata runtuh dan pertempuran kembali berkecamuk di Gaza, kelompok Houthi di Yaman mungkin akan melanjutkan serangan mereka terhadap “Israel”. Oleh karena itu, upaya pengumpulan intelijen tentang target potensial di Yaman telah ditingkatkan.
Sementara itu, lembaga penyiaran “Israel” melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memutuskan untuk secara resmi memulai negosiasi tahap kedua dari kesepakatan pertukaran tahanan pada pekan depan, dengan landasan utama berupa perlucutan senjata Hamas.
Sebagai tanggapan, juru bicara Hamas, Hazem Qassem, dalam sebuah pernyataan menegaskan bahwa penghapusan perlawanan di Gaza atau perlucutan senjatanya adalah hal yang tidak dapat diterima. Ia menekankan bahwa segala bentuk pengaturan masa depan Gaza harus berdasarkan kesepakatan nasional.
Perlu diketahui bahwa pada 19 Januari lalu, kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan antara Hamas dan “Israel” mulai berlaku. Kesepakatan ini dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, terdiri dari tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari. Selama periode ini, negosiasi akan berlangsung untuk memasuki tahap kedua dan ketiga, dengan tujuan akhir mengakhiri perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
(Samirmusa/arrahmah.id)