(Arrahmah.id) – Syaikh Faiq Shihadeh Hassan Al-Ansari adalah seorang ulama dan pejuang perlawanan Palestina yang lahir di Jabal Sion, Yerusalem, pada tahun 1895 dan wafat pada tahun 1949. Ia dikenal sebagai penjaga Masjid Al-Aqsa serta pejuang gigih melawan penjajahan Inggris dan kelompok bersenjata “Zionis”.
Kelahiran dan Latar Belakang
Syaikh Faiq lahir di Jabal Sion, dekat makam Nabi Dawud AS, di bagian barat daya Kota Tua Yerusalem. Ia menghabiskan 20 tahun pertama hidupnya di daerah kelahirannya sebelum pindah ke salah satu rumah wakaf di dekat Bab Hutta, kawasan Bab Al-Asbat. Di sana, ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya selama sembilan tahun.
Setelah itu, ia membangun rumah sendiri di Sheikh Jarrah, sebuah kawasan di utara Bab Al-Amoud, yang kemudian menjadi pusat perlawanan Palestina.

Pendidikan dan Keilmuan
Sejak kecil, Syaikh Faiq menimba ilmu di Masjid Al-Aqsa, mempelajari Al-Qur’an dan tajwid. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Madrasah Islamiyah, yang terletak di luar tembok Al-Aqsa dekat Bab Al-Sahira.
Sekolah ini, yang kemudian dikenal sebagai “Kulliyat Al-Rawdah”, tetap beroperasi di bawah Otoritas Wakaf Islam hingga Yerusalem jatuh ke tangan Yordania setelah Perang Arab-“Israel”.
Di sana, Syaikh Faiq mempelajari berbagai ilmu agama dan bahasa, termasuk Bahasa Turki, yang diwajibkan oleh Kesultanan Utsmaniyah bagi pelajar di wilayah Syam. Ia juga rutin menghadiri majelis ilmu, kajian hadis, dan diskusi fiqih di Al-Aqsa serta di Dome of the Rock.
Karier dan Peran di Al-Aqsa
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syaikh Faiq bekerja di Pengadilan Banding Syariah Yerusalem sebelum dipindahkan ke administrasi Wakaf Islam. Di sana, ia dipercaya mengawasi wakaf Takarna dan Takyah Utsmaniyah.
Pada tahun 1931, Dewan Islam Tertinggi mengangkatnya sebagai Penjaga Utama Masjid Al-Aqsa, sebuah posisi yang diwariskan dalam keluarga Al-Ansari selama berabad-abad.
Perlawanan dan Aksi Gerilya
Sebagai Penjaga Al-Aqsa, Syaikh Faiq memanfaatkan posisinya untuk terlibat dalam perjuangan nasional secara rahasia. Ia berhasil menyembunyikan identitasnya sebagai pejuang, sehingga tidak dicurigai oleh penjajah Inggris.
Tak ada yang menyangka bahwa seorang penjaga masjid memiliki keahlian dalam menembak, menggunakan senjata otomatis, melempar granat, hingga meledakkan dinamit.
Melawan “Zionis” dan Inggris
Syaikh Faiq aktif dalam perlawanan bersenjata melawan kelompok “Zionis” dan pasukan Inggris, terutama saat Revolusi Palestina 1936. Ia bergabung dengan kelompok perlawanan “Tangan Hitam”, yang dipimpin oleh Shakib Qutb dan terkenal melakukan serangan terhadap pasukan Inggris dan kelompok bersenjata “Zionis”.
Pada April 1936, ia memimpin operasi penghancuran kendaraan militer Inggris di luar Bab Al-Asbat, untuk menghalangi pasukan Inggris yang berusaha membubarkan jamaah Muslim yang hendak berziarah ke Makam Nabi Musa AS.
Di bulan yang sama, ia juga melemparkan granat dari balik tembok Al-Aqsa ke arah kelompok bersenjata “Zionis” yang berkumpul di depan Tembok Al-Buraq.
Pada 1 Mei 1936, Syaikh Faiq memimpin operasi peledakan kereta api yang membawa ratusan tentara Inggris menuju Tel Aviv. Dengan kelompoknya, ia berhasil meledakkan rel kereta hanya dua menit setelah kereta melintas dari stasiun Yerusalem, menghancurkan lokomotif, tiga gerbong, dan menewaskan serta melukai puluhan tentara Inggris dan anggota milisi “Zionis”.
Pada Agustus 1936, ia dipercaya memimpin operasi penyerangan terhadap tank Inggris di dekat Bab Al-Khalil. Dengan ketelitian luar biasa, ia berhasil melempar granat langsung ke dalam tank. Bahkan, pasukan Inggris tidak menyadari bahwa ia adalah pelakunya, karena ia berpura-pura pingsan setelah ledakan terjadi.
Bertahan di Al-Aqsa Saat Agresi 1948
Pada tahun 1948, ketika kelompok bersenjata “Zionis” menyerang Yerusalem, Syaikh Faiq tetap tinggal di ruangannya di Masjid Al-Aqsa meskipun hujan mortir menghujani sekitarnya.
Ia bahkan memimpin delegasi warga Yerusalem menemui pasukan Legiun Arab Yordania di Jabal Mukabbir, meminta mereka mempertahankan Al-Aqsa. Ia berkata kepada komandan pasukan:
“Jika kalian tidak ingin mempertahankan Al-Aqsa, maka kami, warga Yerusalem, siap melindunginya dengan nyawa kami. Kami hanya butuh senjata kalian.”
Pada April 1948, saat pasukan “Zionis” menyerang Bab Al-Amoud, Syaikh Faiq memimpin perlawanan bersama Garda Nasional Palestina. Setelah pertempuran sengit selama dua jam, mereka berhasil memukul mundur musuh. Namun, dalam pertempuran ini, Syaikh Faiq terkena serpihan granat di dadanya.
Wafatnya Sang Penjaga Al-Aqsa
Akibat luka parah yang dideritanya, Syaikh Faiq dilarikan ke Rumah Sakit Al-Mutla’ di At-Tur. Ia sempat menjalani operasi pengangkatan serpihan granat, namun kesehatannya terus memburuk.
Pada tahun 1949, sang penjaga Al-Aqsa yang gagah berani itu menghembuskan napas terakhirnya. Ia dimakamkan di Makam Bab Al-Rahma, Yerusalem, meninggalkan jejak perjuangan yang abadi dalam sejarah perlawanan Palestina.
Syaikh Faiq Shihadeh Al-Ansari bukan sekadar ulama atau penjaga masjid. Ia adalah pejuang sejati, yang dengan keberaniannya, menjadikan Al-Aqsa sebagai benteng pertahanan terakhirnya hingga akhir hayat.
Sumber : Aljazeera / berbagai sumber
(Samirmusa/arrahmah.id)