TEL AVIV (Arrahmah id) – “Israel” terus memperluas operasi militernya di Tepi Barat bagian utara. Menurut laporan media “Israel”, pasukan pendudukan sedang mempertimbangkan untuk menempatkan satu batalion tetap di kamp-kamp pengungsi Palestina. Langkah ini dilakukan di tengah agresi yang telah berlangsung selama berminggu-minggu terhadap Jenin, Tulkarm, dan Tubas seperti dilansir dari Al Jazeera.
Selama serangan ini, pasukan “Israel” meningkatkan penggunaan persenjataan dan peralatan canggih, termasuk kendaraan militer dan drone, yang beberapa di antaranya baru pertama kali digunakan di Tepi Barat dalam operasi yang mereka namakan “Tembok Besi”.
Taktik yang digunakan di Tepi Barat sangat mirip dengan yang diterapkan dalam perang di Gaza. Selain itu, metode baru diterapkan untuk menyebabkan kerusakan sebesar mungkin pada infrastruktur, rumah-rumah, serta bangunan lainnya.
Berdasarkan kesaksian warga, media Palestina, dan sumber media “Israel”, berikut adalah tujuh taktik utama yang digunakan dalam operasi militer ini:
1. Kendaraan lapis baja M113 buatan Amerika

Kendaraan lapis baja M113 terlihat di berbagai jalan di Tepi Barat. Dalam video yang beredar, kendaraan ini terlihat di Kota Hebron dalam latihan militer yang dilakukan pasukan “Israel” menjelang operasi militer di Tepi Barat bagian utara.
Menurut laporan media “Israel”, empat unit kendaraan lapis baja M113 yang dilengkapi persenjataan telah dikerahkan di beberapa wilayah Tepi Barat. Wilayah-wilayah itu termasuk permukiman ilegal Eli Zahav di Salfit, Kiryat Netafim, dan Tsufim di Qalqilya, serta permukiman Enav di timur Tulkarm.
Sebelumnya, kendaraan ini telah digunakan dalam perang di Gaza. Fungsinya adalah mengangkut pasukan dengan aman dan cepat, terutama di daerah yang rawan serangan atau penyergapan.
2. Kendaraan lapis baja Eitan

Setelah mengalami serangan efektif dari perlawanan Palestina terhadap kendaraan tempur “Israel” di Tepi Barat, pasukan pendudukan mulai menggunakan kendaraan lapis baja Eitan untuk pertama kalinya dalam operasi ini.
Militer “Israel” mengklaim bahwa penggunaan Eitan meningkatkan kekuatan tempur mereka, yang menunjukkan betapa sengitnya perlawanan di lapangan. Kendaraan ini pertama kali terlihat saat pasukan “Israel” menyerbu kota Tubas dan kamp pengungsi Far’a di selatan Tubas.
Kendaraan Eitan memiliki sistem perlindungan canggih seperti yang digunakan pada tank Merkava. Kendaraan ini dilengkapi dengan mesin 750 tenaga kuda, ban anti-bocor, sistem inflasi otomatis, lebih dari 10 kamera siang dan malam, serta 34 komputer dengan lima layar sentuh.
3. Drone tempur Heron MK2

Dalam operasi ini, “Israel” mulai menggunakan drone Heron MK2, yang dikembangkan oleh perusahaan “Israel” IAI.
Drone ini berfungsi untuk mengirim pesan ancaman, menjatuhkan bom, menargetkan bangunan serta warga Palestina, selain juga digunakan untuk pengintaian. Pada 3 Februari 2025, video yang beredar di media sosial Palestina menunjukkan drone ini terbang di atas Kamp Pengungsi Nur Shams.
4. Penghancuran Infrastruktur

Serangan militer ini mengulang kembali skenario penghancuran yang dilakukan “Israel” di Kamp Pengungsi Jenin tahun 2002.
Selama operasi ini, alat berat seperti bulldozer D9 digunakan untuk meratakan rumah dan fasilitas umum. Menurut laporan WAFA, kantor berita Palestina, lebih dari 100 rumah telah dihancurkan di Jenin.
Menurut Wali Kota Jenin, kerugian akibat penghancuran yang dilakukan pasukan pendudukan selama tiga tahun terakhir mencapai 2 miliar dolar AS. Kamp-kamp pengungsi seperti Tulkarm, Nur Shams, Tubas, dan Far’a juga mengalami kerusakan besar akibat agresi ini.
5. Pengusiran Paksa Warga Palestina
Tepi Barat kini mengalami gelombang pengungsian paksa terbesar sejak lebih dari 80 tahun terakhir. Ribuan warga Palestina dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat serangan “Israel”.
Banyak warga yang mengungsi ke masjid, sekolah, dan tempat perlindungan sementara. Sementara itu, tentara “Israel” terus memperketat pengepungan di kota-kota yang mereka serang, serta memaksa keluarga-keluarga Palestina meninggalkan rumah mereka di bawah ancaman senjata.
Menurut UNRWA, sebanyak 40.000 warga Palestina telah diusir sejak awal operasi ini, menjadikannya pengusiran terbesar di Tepi Barat sejak Intifada Kedua.
6. Teror Psikologis dan Hukuman Kolektif
Selain serangan militer langsung, “Israel” juga menggunakan metode teror psikologis.
Di Kamp Jenin, pasukan “Israel” menjatuhkan selebaran berisi gambar kamp sebelum dan sesudah penghancuran. Dalam selebaran itu, mereka mengancam akan terus menyerang dan memprovokasi warga untuk melawan kelompok perlawanan.
Taktik serupa juga diterapkan di Gaza, di mana pasukan “Israel” menjatuhkan selebaran yang berisi ancaman terhadap warga sipil di kamp-kamp pengungsi.
7. Peledakan Massal Bangunan
Seperti yang terjadi di Gaza, “Israel” kini menerapkan strategi peledakan massal bangunan di Tepi Barat.
Menurut data resmi militer “Israel”, sejauh ini telah terjadi 23 kasus peledakan bangunan di Kamp Jenin, dan jumlah ini terus bertambah.
Warga melaporkan bahwa dalam banyak kasus, mereka hanya diberikan waktu singkat sebelum rumah mereka diledakkan. Beberapa saksi menyatakan bahwa skala kehancuran kali ini adalah yang terbesar sejak pertempuran 2002 di Jenin.
Korban Jiwa
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sejak awal tahun 73 warga Palestina telah gugur di Tepi Barat.
Berikut distribusi korban di berbagai wilayah:
- 38 syahid di Jenin
- 15 syahid di Tubas
- 6 syahid di Nablus
- 5 syahid di Tulkarm
- 3 syahid di Hebron
- 3 syahid di Betlehem dan Al-Quds
Di antara mereka, 10 korban adalah anak-anak.
(Samirmusa/arrahmah.id)