GAZA (Arrahmah.id) – Di tengah Taman Monumen Prajurit Tak Dikenal di kota Gaza, perwakilan faksi-faksi Palestina dan tokoh-tokoh masyarakat berkumpul dalam pertemuan nasional untuk menghadapi rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang bertujuan untuk mengusir penduduk Jalur Gaza.
Di atas pasir taman yang sepenuhnya dihancurkan oleh pasukan pendudukan selama invasi mereka ke kota Gaza, para pemimpin dan tokoh masyarakat berkumpul di dalam tenda besar yang didirikan di dekat spanduk bertuliskan “Pertemuan Nasional untuk Menghadapi Rencana Trump dalam Menyelesaikan Masalah Palestina.”
Dalam pertemuan tersebut, beberapa pidato disampaikan yang menegaskan tekad rakyat Palestina di Gaza untuk mempertahankan tanah mereka dan menolak pengusiran. Mereka juga menyerukan diakhirinya perpecahan Palestina dan penyatuan kekuatan untuk menghadapi rencana Trump, serta mendesak negara-negara Arab dan Islam untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mendukung dan memperkuat ketahanan penduduk Jalur Gaza.
Untuk pertama kalinya sejak perang dimulai pada Oktober 2023, sejumlah pemimpin faksi muncul ke publik, termasuk Ismail Radwan, tokoh penting dalam Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Khaled al-Batsh, tokoh penting dalam Gerakan Jihad Islam, dan Maher Mezher, tokoh penting dalam Front Populer untuk Pembebasan Palestina.
Presiden AS Donald Trump pada Selasa (11/2/2025) kembali berjanji untuk menguasai Jalur Gaza dan mengusir penduduknya, sambil menyatakan dukungannya atas pencaplokan Tepi Barat oleh ‘Israel’.
Sebelumnya, Trump mengancam akan “membuka pintu neraka” jika tawanan ‘Israel’ yang ditahan di Jalur Gaza tidak dibebaskan “pada pukul 12 siang hari Sabtu mendatang.”
Abu Ubaida, juru bicara Brigade Al-Qassam, mengatakan bahwa pihak pendudukan tidak mematuhi ketentuan perjanjian, dan sebagai akibatnya, pembebasan tahanan ‘Israel’ yang rencananya akan dilakukan Sabtu mendatang akan ditunda sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Ismail Radwan, tokoh Hamas, menyerukan kepada bangsa Arab dan Islam untuk merancang rencana konkret dalam menghadapi rencana Trump dan tidak hanya mengandalkan pernyataan-pernyataan.
“Tidak Akan Berhasil”
Dalam wawancara khusus dengan Al Jazeera, Ismail Radwan mengatakan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk menegaskan bahwa “apa yang gagal dilakukan oleh pendudukan melalui kekerasan, pembunuhan, dan pemusnahan, tidak akan bisa dicapai melalui rencana dan konspirasi.”
Radwan menambahkan, “Ini adalah pertemuan nasional pertama untuk menolak rencana Trump mengusir penduduk kami di Jalur Gaza dan menguasainya. Hari ini semua sepakat untuk menolak rencana Trump dan menegaskan bahwa Gaza adalah bagian dari tanah air Palestina dan tidak ada yang bisa merampasnya.”
Ia menyerukan kepada bangsa Arab dan Islam untuk mengambil inisiatif dengan rencana “konkret” dan tidak hanya mengandalkan pernyataan, guna menghadapi rencana Trump.
Radwan menekankan bahwa nasib rencana Trump adalah kegagalan, seperti halnya rencana-rencana sebelumnya yang bertujuan menyelesaikan masalah Palestina.

Komitmen Hamas
Menanggapi pernyataan Benjamin Netanyahu yang mengancam akan melanjutkan perang jika Hamas tidak membebaskan tahanan ‘Israel’ hingga Sabtu siang, Radwan mengatakan kepada Al Jazeera, “Bahasa ancaman tidak akan berhasil.”
Ia menambahkan, “Kami menegaskan komitmen kami pada ketentuan gencatan senjata, dan Hamas telah sepenuhnya mematuhi perjanjian ini. Masalah dan penundaan berasal dari pihak pendudukan yang tidak mematuhi protokol kemanusiaan perjanjian.”
Radwan menyatakan bahwa pihak pendudukan hanya mematuhi 10% dari protokol kemanusiaan dan tidak mengizinkan masuknya kebutuhan penduduk seperti makanan, rumah mobile, tenda, dan bahan bangunan. Ia menegaskan bahwa Hamas berkomitmen pada perjanjian dan berharap untuk mencapai tahap kedua gencatan senjata, mengakhiri perang, dan membangun kembali Gaza.
Gaza Tidak untuk Dijual
Maher Mezher, anggota Biro Politik Front Populer untuk Pembebasan Palestina, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tujuan pertemuan ini adalah untuk menegaskan kepada Presiden AS bahwa rencananya untuk menyelesaikan masalah Palestina “akan gagal.”
Mezher menyatakan, “Kami mengirim pesan ke Gedung Putih dan kepada penjahat Trump: Kami bukan bagian dari transaksi bisnis, kami memiliki perjuangan yang adil, dan kami adalah orang-orang yang memiliki akar. Ancaman dan rencana ini tidak akan berhasil mencabut kami dari tanah kami.”
Ia menyerukan kepada negara-negara Arab dalam KTT mendatang untuk mengambil “langkah-langkah konkret untuk menggagalkan rencana Trump dan Netanyahu, membangun kembali Gaza, dan mengakhiri blokade.”

Pesan dari Masyarakat Sipil
Alaa al-Aklouk, juru bicara para kepala suku, menyampaikan pesan bahwa “tanah Gaza lebih kami cintai daripada segalanya. Kami tidak akan meninggalkan Gaza karena ia memiliki tempat yang sangat besar di hati kami.”
Suhair Khader, tokoh perempuan dalam Front Populer, menyampaikan pesan bahwa “rakyat Palestina bangkit dari puing-puing untuk mengatakan: Saya ada di sini, dan saya akan mempertahankan perjuangan saya. Saya berakar di tanah saya, dan Trump atau siapa pun tidak akan bisa mencabut saya.”

Seruan untuk Persatuan
Khaled al-Batsh, tokoh penting dalam Gerakan Jihad Islam, menyampaikan pernyataan penutup yang menegaskan bahwa “Jalur Gaza bukan untuk dijual atau disewa. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari tanah Palestina sejarah, dan akan tetap demikian.”
Ia menyerukan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk mengadakan pertemuan darurat para sekretaris jenderal faksi-faksi Palestina guna merancang rencana darurat menghadapi ancaman terhadap masalah Palestina.

Pertemuan ini menegaskan tekad rakyat Palestina untuk tetap bertahan di tanah mereka dan menolak segala bentuk pengusiran atau pencaplokan. (zarahamala/arrahmah.id)