GAZA (Arrahmah.id) – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dengan tegas mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyebut pemindahan warga Gaza sebagai bagian dari upaya rekonstruksi. Hamas menilai pernyataan tersebut sebagai bentuk rasisme dan bagian dari skenario “pembersihan etnis” yang bertujuan menghapus perjuangan Palestina serta meniadakan hak-hak nasional rakyatnya.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada 11 Februari, Hamas menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan tunduk pada rencana tersebut. Hamas menegaskan bahwa mereka, bersama dengan negara-negara Arab dan Islam, akan menghadang segala upaya pemindahan paksa.
“Rakyat Gaza telah bertahan menghadapi pengeboman dan agresi. Mereka akan tetap teguh di tanah mereka dan menggagalkan semua rencana pemindahan serta deportasi paksa,” tegas Hamas dalam pernyataannya.
Hamas juga menegaskan bahwa apa yang gagal dicapai oleh “Israel” melalui agresi militer dan pembantaian, juga tidak akan berhasil melalui taktik licik berupa pemindahan paksa dan penghapusan identitas Palestina.
Di sisi lain, Hamas menyoroti komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata selama “Israel” juga menaatinya. Perjanjian ini dijamin oleh mediator internasional, termasuk Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, serta disaksikan oleh komunitas internasional. Namun, Hamas menegaskan bahwa justru “Israel” yang melanggar kesepakatan dan bertanggung jawab atas setiap komplikasi atau keterlambatan yang terjadi.
(Samirmusa/arrahmah.id)