TEL AVIV (Arrahmah.id) – Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu akan menyampaikan tuntutannya untuk gencatan senjata Gaza tahap kedua kepada Kabinet Keamanan ‘Israel’, yang diperkirakan akan ditolak oleh Hamas, menurut laporan surat kabar Yedioth Ahronoth pada Senin (10/2/2025).
Syarat-syaratnya termasuk mengusir seluruh pimpinan Hamas dari Gaza, membubarkan sayap militer kelompok perlawanan tersebut, Brigade Al-Qassam, dan menjamin pembebasan seluruh tawanan ‘Israel’ yang ditahan di Gaza.
Saat ini ada 76 tawanan ‘Israel’ di Jalur Gaza, sementara ribuan warga Palestina masih ditahan di penjara ‘Israel’ dalam kondisi yang buruk, dan banyak yang meninggal dalam tahanan. Harian berbahasa Ibrani itu menyatakan bahwa jika Hamas menyetujui persyaratan ini, perang di Gaza akan berakhir.
Laporan itu juga mengungkap bahwa Netanyahu membahas persyaratan gencatan senjata dengan Presiden AS Donald Trump dan utusan Asia Barat Steve Witkoff. Jika Hamas menolak tuntutan tersebut, Netanyahu dapat memperpanjang fase pertama gencatan senjata dan menghindari komitmen untuk mengakhiri perang atau menarik pasukan ‘Israel’ sepenuhnya dari Gaza.
Selain itu, ‘Israel’ dapat terus memanipulasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sumber Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen pada Senin (10/2) bahwa “Hamas yakin ‘Israel’ berencana untuk menggagalkan perjanjian gencatan senjata,” seraya menambahkan, “Pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak ‘Israel’ mengenai fase kedua perjanjian tersebut menunjukkan bahwa gencatan senjata permanen dan penyelesaian proses penarikan tidak akan tercapai.”
Sumber tersebut juga menyatakan bahwa ‘Israel’ “akan membayar harga yang mahal jika tidak mematuhi fase kedua.”
Sehari sebelumnya, Haaretz mengutip sumber ‘Israel’ yang mengatakan bahwa Netanyahu bermaksud menyabotase tahap kedua kesepakatan pembebasan tahanan dan menggagalkan gencatan senjata Gaza.
“Ini hanya sandiwara,” kata salah satu sumber. “Netanyahu memberi isyarat dengan jelas bahwa dia tidak ingin pindah ke fase berikutnya. Dia mengirim tim [ke Doha] tanpa mandat dan tanpa kemampuan untuk melakukan apa pun.”
Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata, negosiasi mengenai pelaksanaan fase kedua kesepakatan itu seharusnya dimulai pada tanggal 3 Februari – hari ke-16 sejak gencatan senjata dimulai.
Kesepakatan ini terdiri dari tahap awal 42 hari di mana 33 tawanan ‘Israel’ akan dibebaskan dengan imbalan sekitar 1.900 tawanan Palestina. Dua tahap 42 hari lagi diharapkan akan terjadi, di mana sisa tawanan ‘Israel’ akan dibebaskan dengan imbalan sejumlah besar tawanan Palestina yang tidak ditentukan jumlahnya.
Laporan itu muncul saat Presiden Trump bersikeras pada rencana untuk mengambil alih Gaza dan mengusir penduduknya. (zarahamala/arrahmah.id)