GAZA (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Palestina Hamas mengonfirmasi kematian kepala militernya Mohammed Deif pada Kamis (30/1/2025). Deif merupakan sosok yang dituduh Israel sebagai salah satu dalang di balik serangan 7 Oktober 2023.
Konfirmasi ini disampaikan juru bicara Hamas Abu Ubaidah sekitar satu tahun sejak Israel mengumumkan pembunuhan Mohammed Deif tahun lalu.
“Brigade Al-Qassam mengumumkan kepada orang-orang hebat kami tentang kesyahidan sekelompok pejuang terhormat dan komandan heroik,” kata Abu Ubaidah dalam sebuah pernyataan video seperti dikutip dari AFP (30/1).
“Komandan Mohammed Deif, kepala staf Brigade Al-Qassam (dan) komandan Marwan Issa, wakil kepala staf di antara mereka,” tuturnya menyebutkan yang tewas.
Israel menuduh Deif sebagai salah satu dalang utama serangan 7 Oktober 2023, bersama dengan pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang terbunuh pada 16 Oktober 2024.
Pada 1 Agustus 2024, militer Israel mengumumkan telah membunuh Deif dalam serangan udara di Gaza pada Juni 2024.
Militer Israel mengatakan jet tempur telah menyerang Khan Younis pada 13 Juli 2024 dan menurut penilaian intelijen, dapat dipastikan bahwa Mohammed Deif tewas dalam serangan itu, bersama salah satu komandan utamanya, Rafa Salama.
“Deif memulai, merencanakan, dan melaksanakan pembantaian 7 Oktober,” tambah militer Israel.
Deif menjadi kepala sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzudin al-Qassam, pada 2002. Ia termasuk orang yang paling dicari Israel hampir tiga dekade dan masuk daftar “teroris internasional” AS sejak 2015.
Deif, yang bernama asli Mohammed Diab al-Masri, lahir di kamp pengungsi Khan Yunis pada 1965. Dalam video, Deif tampak mengenakan topeng atau ditampilkan dalam siluet, dan foto-fotonya jarang terlihat.
Pada Januari 2024, Israel merilis foto Deif yang memperlihatkannya dengan satu mata hilang, tanpa menyebutkan detail waktu foto itu diambil.
Musuh-musuhnya menjuluki Deif sebagai “kucing dengan sembilan nyawa” setelah ia berkali-kali nyaris mati.
Pada 2014, Israel melancarkan serangan udara ke Gaza, menewaskan istri Deif dan seorang putra berusia tujuh bulan.
Deif disebut-sebut memainkan peran kunci dalam jaringan terowongan besar yang dibangun di bawah Gaza.
Pada Mei 2024, kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional meminta surat perintah penangkapannya, bersama dengan Sinwar, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. (hanoum/arrahmah.id)