TEHERAN (Arrahmah.id) – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengusulkan pada Selasa (28/1/2025) agar warga ‘Israel’ dipindahkan ke Greenland sebagai tanggapan terhadap usulan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.
Dalam wawancara dengan Sky News, Araghchi mengejek komentar Trump, yang telah memicu kemarahan di seluruh wilayah, dan tuduhan rencana AS untuk membersihkan etnis di wilayah Palestina yang hancur.
“Saran saya berbeda. Alih-alih orang Palestina, usir saja orang ‘Israel’ dan kirim mereka ke Greenland sehingga mereka bisa membunuh dua burung dengan satu batu,” kata Araghchi kepada kantor berita tersebut.
Araghchi juga secara sinis mengacu pada komentar terbaru Trump mengenai akuisisi Greenland oleh AS dari Denmark.
Hal ini terjadi setelah Trump mengatakan pada Sabtu (25/1) bahwa ia ingin “membersihkan” penduduk sipil Gaza, dengan merelokasi mereka ke Yordania dan Mesir.
“Saya ingin Mesir menerima mereka. Dan saya ingin Yordania juga menerima,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One.
“Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kami hanya membersihkan seluruh tempat itu. Anda tahu, selama berabad-abad, ada banyak sekali konflik di sana. Dan saya tidak tahu, sesuatu pasti terjadi.”
Sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi, seringkali berkali-kali, oleh ‘Israel’, dengan setidaknya 47.283 orang terbunuh dalam 15 bulan terakhir sebagai akibatnya.
Baik Mesir maupun Yordania telah menolak rencana tersebut, meskipun Trump menegaskan kembali komentarnya pada Senin (27/1).
Dalam wawancara tersebut, Araghchi juga membahas ancaman AS dan ‘Israel’ untuk menyerang situs nuklir Iran.
“Kami telah menjelaskannya,” kata Araghchi, “bahwa setiap serangan terhadap fasilitas nuklir kami akan ditanggapi dengan segera dan tegas. Namun, saya tidak yakin mereka akan melakukan hal gila itu. Ini benar-benar gila. Dan ini akan mengubah seluruh wilayah menjadi bencana yang sangat buruk.”
Membahas kemungkinan negosiasi baru atas program nuklirnya, Araghchi mengatakan kepada Sky News bahwa meskipun Teheran bersedia mendengarkan Presiden Trump, mencapai kesepakatan akan jauh lebih menantang daripada 2018, ketika kesepakatan nuklir awal diselesaikan.
Menanggapi komentar Trump sebelumnya bahwa mencapai kesepakatan nuklir dengan Teheran akan menjadi hal yang “baik”, Aragchi berkata, “Banyak hal yang harus dilakukan oleh pihak lain untuk mendapatkan kepercayaan kami… Kami belum mendengar apa pun selain kata ‘baik’, dan ini jelas tidak cukup.” (zarahamala/arrahmah.id)