SANAA (Arrahmah.id) – Pemerintah Yaman membebaskan awak kapal niaga Galaxy Leader pada Rabu (22/1/2025) sebagai tanggapan atas kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang genosida ‘Israel’ di Gaza.
“Berdasarkan arahan pemimpin, Abdul Malik Badr al-Din al-Houtsi, awak kapal (Galaxy Leader) dibebaskan hari ini dengan koordinasi gerakan Hamas dan mediasi Kesultanan Oman,” kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Dewan Politik Tertinggi Yaman tersebut.
“Pembebasan awak kapal Galaxy Leader dilakukan dalam rangka untuk mendukung Gaza dan mendukung perjanjian gencatan senjata,” imbuh pernyataan itu.
⚡️Al-Massirah outlet: The crew of Galaxy Leader has been released by the Sanaa government to Oman, in coordination with Hamas. pic.twitter.com/unx3gevPkf
— Warfare Analysis (@warfareanalysis) January 22, 2025
Setelah genosida ‘Israel’ di Gaza dimulai pada Oktober 2023, pemerintah Yaman yang dipimpin Ansarallah menyatakan akan menargetkan setiap kapal komersial yang terkait dengan ‘Israel’ yang mencoba melewati Laut Merah di lepas pantai Yaman.
Pada 19 November 2023, 52 awak kapal Galaxy Leader milik ‘Israel’ ditahan oleh pasukan angkatan laut Yaman yang mencegat dan menyita kapal tersebut di Laut Merah.
Media Ibrani melaporkan bahwa kapal itu dimiliki oleh pengusaha ‘Israel’, maestro pelayaran internasional, dan miliarder Abraham Ungar, yang dikenal dengan nama ‘Rami.’
Basis data kapal PBB mengidentifikasi pemilik kapal tersebut sebagai perusahaan yang berpusat di Tel Aviv, Ray Shipping Ltd. Times of Israel melaporkan bahwa Ungar adalah pendiri Ray Shipping dan dikenal sebagai salah satu orang terkaya di ‘Israel’.
Menurut media ‘Israel’, Ungar juga memiliki hubungan dengan politisi ‘Israel’ dan berteman dekat dengan mantan direktur Mossad Yossi Cohen.
“Untuk memberikan bantuan kepada rakyat kami yang tertindas di Gaza,” angkatan bersenjata Yaman mengumumkan pada saat itu, “mereka akan menargetkan … kapal-kapal yang membawa bendera entitas Zionis, kapal-kapal yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan ‘Israel’, kapal-kapal yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan ‘Israel’.”
Pernyataan Yaman juga menyerukan “semua negara di dunia untuk menarik warga negara yang bekerja di awak kapal-kapal tersebut,” untuk “menghindari pengiriman atau penanganan kapal-kapal tersebut,” dan untuk “memberi tahu kapal-kapal agar menjauh dari kapal-kapal tersebut.” (zarahamala/arrahmah.id)