GAZA (Arrahmah.id) – Seorang tahanan yang baru saja dibebaskan telah mengungkapkan rincian mengerikan tentang penganiayaan dan penghinaan yang dialami oleh Dr. Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan yang ditahan.
Dr. Hussam Abu Safiya mengatakan kepada sesama tahanan di pusat penahanan Sde Teiman bahwa ia telah “dipermalukan” sejak penculikannya oleh pasukan pendudukan ‘Israel’ pada Desember lalu.
“Saya terkejut saat melihatnya. Kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya: ‘Teman-teman, saya telah dipermalukan,” kata seorang tahanan yang baru saja dibebaskan kepada Al Jazeera.
Mohammad al-Ramlawi mengatakan dia telah bertemu Dr. Abu Safiya sesaat sebelum pembebasannya.
“Dua hari sebelum saya meninggalkan penjara, kami terkejut melihat Dr. Abu Safiya memasuki sel tempat kami ditahan pada larut malam,” kata al-Ramwali.
“Saya terkejut saat melihatnya karena dia telah banyak membantu saya sebelumnya di RS Kamal Adwan. Kami menangis tersedu-sedu atas kondisinya karena dia adalah tokoh nasional,” imbuhnya.
Ia mengatakan, Dr. Abu Safiya, berbicara tentang penganiayaan dan pelanggaran yang dialaminya selama penahanan, dengan mengatakan: “Saya bersumpah, saya dipermalukan, dan tentara memperlakukan saya dengan sangat buruk ketika mereka menangkap saya.”
BREAKING | Dr. Hussam Abu Safiya was seen in Sde Teiman detention camp by two released hostages (December 29th 2024), Mohammad Al-Ramlawi and Mustafa Hassouna, now in Deir Al-Balah, central Gaza. Their testimonies corroborate previous accounts from Yahya Zaqqout, Ahmad Saleem,… pic.twitter.com/DwDtrOCw6f
— Translating Falasteen (Palestine) (@translatingpal) January 8, 2025
Rumah Sakit Dibakar
Dokter tersebut ditahan oleh pasukan ‘Israel’ bersama dengan staf medis lainnya dan orang lain selama penggerebekan di rumah sakit pada 27 Desember, setelah pengepungan selama berhari-hari. Fasilitas medis tersebut digerebek dan dibakar oleh tentara.
Al-Ramlawi mengatakan bahwa Dr. Abu Safiya menceritakan detail penangkapannya, termasuk bagaimana tentara pendudukan ‘Israel’ membunuh lima staf medis di hadapannya sebelum membakar rumah sakit tersebut.
“Ketika dia menceritakan peristiwa itu, air matanya pun jatuh,” tutur tahanan yang dibebaskan itu.
Dr. Abu Safiya mengatakan kepadanya bahwa begitu dia ditahan, “terjadi pemukulan dan penghinaan sepanjang perjalanan menuju penjara.”
Al-Ramlawi mengatakan dokter tersebut “masih berada di dalam kamp tahanan Sde Teiman ketika kami keluar, di sel nomor 2, barak nomor 2.”
“Dokter Hussam Abu Safiya masih di sana,” tegasnya seraya menambahkan bahwa ia menderita secara psikologis dan fisik selama penahanannya.
Himbauan kepada Palang Merah dan Pihak Berwenang
Al-Ramwali mengatakan bahwa ketika dokter tersebut mengetahui bahwa ia akan dibebaskan, ia “mempercayakan” nomor anak-anaknya kepadanya.
“Dan biarkan mereka memberi tahu Palang Merah dan pihak berwenang terkait,” serta media “tentang situasi saya,” untuk mengambil tindakan guna mempercepat pembebasannya, kata tahanan tersebut.
Kedua pria itu telah menghabiskan dua hari bersama sebelum Al-Ramlawi dibebaskan.
Tahanan lain yang dibebaskan, Mustafa Hassouna, mengatakan interogasi dengan Dr. Abu Safiya terutama difokuskan pada tahanan ‘Israel’ di Gaza.
Dokter tersebut mengatakan kepada para interogator bahwa ia tidak memiliki informasi mengenai masalah tersebut karena ia adalah spesialis anak, kata laporan tersebut. Ia juga menekankan bahwa ia berada di bawah tekanan yang sangat besar karena praktik pendudukan tersebut.
Tuntutan Pembebasannya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama dengan para dokter dan petugas kesehatan di seluruh dunia telah menuntut pembebasan Dr. Abu Safiya, di tengah kekhawatiran atas keselamatannya.
“Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara tetap tidak beroperasi sama sekali dan kami belum menerima kabar terbaru tentang keselamatan dan kesejahteraan direkturnya, Dr. Hussam Abu Safiya, sejak penahanannya pada 27 Desember,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Ahad (5/1/2025).
“Kami terus mendesak ‘Israel’ untuk membebaskannya. Kami ulangi: serangan terhadap rumah sakit dan tenaga kesehatan harus dihentikan. Warga Gaza membutuhkan akses ke perawatan kesehatan,” imbuh Tedros dalam unggahannya di X.
Healthcare Workers are protesting for Dr. Hussam Abu Safiya at the U.S. embassy in London!
Free Dr Safiya! ✊🏻
— ADAM (@AdameMedia) January 8, 2025
‘Akhiri Serangan’
Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza, Dr. Rik Peeperkorn, juga menyerukan pada Jumat (3/1) agar Dr. Abu Safiya segera dibebaskan dengan mengatakan bahwa badan PBB tersebut “tetap sangat prihatin” terhadapnya.
“Kami kehilangan kontak dengannya sejak saat itu dan menyerukan pembebasannya segera,” kata Peeperkorn dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.
Koalisi global pekerja perawatan kesehatan, Doctors Against Genocide (DAG), juga menuntut tindakan untuk mengakhiri genosida di Gaza, termasuk embargo senjata segera terhadap ‘Israel’.
“Kami menyerukan kepada rekan-rekan, lembaga, dan asosiasi nasional untuk bergabung dengan kami dalam menuntut diakhirinya serangan terhadap layanan kesehatan, pembebasan Dr. Abu Safiya dan 450 pekerja layanan kesehatan yang ditahan secara ilegal di pusat penahanan dan penyiksaan ‘Israel’,” kata DAG dalam pernyataannya.
Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med yang bermarkas di Jenewa mengatakan telah menerima informasi bahwa kesehatan Dr. Abu Safiya telah memburuk karena penyiksaan yang dialaminya selama penahanan.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 1.050 profesional medis telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023. (zarahamala/arrahmah.id)