GAZA (Arrahmah.id) – Situasi bencana di rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara telah meningkat dengan penembak jitu militer ‘Israel’ yang menargetkan unit perawatan intensif, kata direktur rumah sakit.
“Unit perawatan intensif menjadi sasaran penembak jitu untuk pertama kalinya, dan semua jendela rumah sakit terkena tembakan,” kata Dr. Hussam Abu Safiya pada Senin (16/12/2024), seraya menambahkan bahwa hal ini menunjukkan bahwa penembak jitu ditempatkan di tempat-tempat tinggi.
“Siapa pun yang bergerak di bangsal rumah sakit berisiko terkena tembakan, yang menciptakan situasi yang sangat berbahaya bagi pasien dan staf,” kata dokter tersebut, sementara perawatan medis diberikan kepada beberapa korban luka di koridor.
Director of Kamal Adwan Hospital, Dr. Hussam Abu Saffiya, calls on the International Community and the WHO to intervene and protect the hospital after Israeli snipers targeted the ICU staff and electricity went down due to an Israeli attack on the power generators. pic.twitter.com/syzZ8L8vTo
— PALESTINE ONLINE 🇵🇸 (@OnlinePalEng) December 17, 2024
Drone Quadcopter
“Perkembangan ini sangat serius dan merupakan hal baru bagi kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa quadcopter juga menargetkan “siapa pun yang bergerak di halaman rumah sakit.”
Ketika penembakan di rumah sakit terus berlanjut, kata Dr. Abu Safiya, “jelas bahwa fokusnya adalah pada rumah sakit—gedungnya, lingkungan sekitarnya, dan siapa pun yang bergerak di dalamnya.”
Sejak Ahad (15/12), “kami telah menerima sekitar 29 korban luka-luka, dan lima orang yang meninggal dunia,” kata dokter tersebut.
Israeli occupation forces have once again opened fire at the intensive care unit of Kamal Adwan Hospital in northern Gaza, causing significant damage to the facility. pic.twitter.com/KtKsenFYfy
— Quds News Network (@QudsNen) December 17, 2024
Listrik dan Air Terdampak
Ia menegaskan bahwa rumah sakit tersebut memerlukan perawatan mendesak, seperti perbaikan generator, listrik, air, dan pasokan oksigen. Ia menambahkan bahwa “sayangnya, kami tidak dapat keluar untuk memperbaiki kerusakan” akibat serangan tersebut.
Staf dan pasien menghadapi “jam-jam sulit tanpa listrik, oksigen, atau air,” kata Dr. Abu Safiya.
“Situasi di rumah sakit semakin memburuk, dan akan berubah menjadi kuburan bagi semua orang di dalam rumah sakit,” ia memperingatkan.
Dokter tersebut menegaskan kembali seruannya untuk “perlindungan internasional”, dan meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan masyarakat dunia untuk “segera turun tangan”.
‘Kondisi yang Mengejutkan’ – WHO
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa “kondisi di rumah sakit benar-benar mengerikan,” dan mendesak perlindungan perawatan kesehatan “dan agar semua neraka ini segera berakhir!”
Ia mengatakan, “Serangan baru-baru ini semakin merusak pasokan oksigen, generator, serta memecahkan jendela dan pintu kamar pasien.”
Pekan lalu, kepala WHO menambahkan, empat misi WHO ke rumah sakit tersebut “telah ditolak secara sewenang-wenang, termasuk pengerahan kembali tim medis darurat internasional, yang telah melakukan evakuasi mandiri dari rumah sakit pada 6 Desember karena permusuhan.”
“Hal ini menyebabkan rumah sakit kekurangan tenaga khusus untuk perawatan bedah dan perawatan ibu,” tegasnya.
Dua hari lalu, WHO dan mitranya tiba di rumah sakit dan berhasil mengirimkan bahan bakar, makanan, dan obat-obatan, serta “memindahkan 3 pasien dan 6 pendamping ke Rumah Sakit Al-Shifa.”
.@WHO and partners reached Kamal Adwan Hospital in northern #Gaza two days ago, amid hostilities and explosions in the vicinity of the hospital during the mission. The team delivered 5000 liters of fuel, food and medicines, and transferred 3 patients and 6 companions to Al-Shifa… pic.twitter.com/N7V0O824Sq
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) December 16, 2024
Petugas Medis ‘Secara Rutin’ Menjadi Sasaran
Menurut Euro-Med Human Rights Monitor, ‘Israel’ “secara rutin” menargetkan tim medis di wilayah utara Gaza “untuk menghancurkan sistem kesehatan dan memaksakan kondisi hidup yang tidak dapat ditoleransi pada warga sipil sambil menolak akses mereka terhadap perawatan yang dapat menyelamatkan nyawa.”
“Israel telah menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan, yang terletak di proyek Beit Lahia, lebih dari 20 kali dalam 10 hari terakhir, melukai beberapa pasien, tenaga medis, dan pendamping mereka,” kata kelompok hak asasi manusia yang bermarkas di Jenewa itu dalam sebuah laporan.
Beberapa tim medis yang tersisa di Gaza utara menjadi sasaran tentara pendudukan ‘Israel’ “dalam pola yang metodis, jelas, dan berulang,” catat laporan tersebut.
“Hal ini membuat sangat sulit untuk menyediakan perawatan medis bagi puluhan ribu penduduk yang telah terkepung selama 69 hari, dan terus mencegah ambulans dan kru pertahanan sipil bekerja selama 51 hari sekarang,” tambahnya.
🧵Israel systematically and consistently targets the few remaining medical teams in northern #Gaza, exacerbating the difficulty of providing healthcare services to tens of thousands of besieged residents for over 70 days. Meanwhile, the Israeli army has been preventing civil… pic.twitter.com/aYpjcUEFVq
— Euro-Med Monitor (@EuroMedHR) December 14, 2024
‘Kebijakan Pembunuhan Sistematis’
Selain siklus pembunuhan yang telah mempengaruhi puluhan ribu warga sipil Palestina di Gaza utara, tinjauan Euro-Med Monitor terhadap catatan penargetan dan daftar korban militer ‘Israel’ “mengungkapkan kebijakan sistematis dan meluas untuk membunuh dan menghabisi elit Palestina dan mereka yang memiliki kompetensi di berbagai sektor.”
Jumlah tenaga medis Palestina yang terbunuh sejak 7 Oktober 2023 adalah 1.057, dan lebih dari 135 ilmuwan dan akademisi juga terbunuh, kata laporan itu.
Daftar tersebut mencakup wartawan, 193 di antaranya terbunuh dalam periode yang sama, serta para ahli di bidang teknik komputer, pemrograman, dan teknologi informasi, “ditambah orang-orang berpengaruh lainnya di bidang-bidang penting masyarakat ini.”
Euro-Med Monitor menghimbau PBB dan semua negara untuk “menjalankan tugas hukum internasional mereka guna mencegah berlanjutnya kejahatan genosida Israel” di Gaza serta memberlakukan embargo senjata menyeluruh terhadap ‘Israel’ dan “mempertahankan tenaga medis dan fasilitas kesehatan di daerah kantong itu dari segala bentuk penargetan lebih lanjut.” (zarahamala/arrahmah.id)