TEL AVIV (Arrahmah.id) – Dua tentara ‘Israel’, Omer dan Ella Berger, ditolak visanya ke Australia karena dinas mereka di militer ‘Israel’, yang memicu pengawasan tambahan dari otoritas Australia, media ‘Israel’ melaporkan pada Kamis (12/12/2024).
Menurut media berita ‘Israel’, Israel Hayom, “enam anggota keluarga mengajukan permohonan visa pengunjung sekitar dua bulan sebelum jadwal penerbangan mereka untuk merayakan ulang tahun keseratus nenek mereka, Julan Berger.”
Meskipun empat visa disetujui dengan segera, Omer, seorang peserta program cadangan akademis, dan Ella, seorang anggota Korps Intelijen, menjalani pemeriksaan keamanan yang panjang.
Pihak berwenang Australia dilaporkan menyebut dinas militer mereka sebagai alasan mewajibkan pemeriksaan tambahan, yang pada akhirnya melarang mereka bepergian.
Penundaan ini telah memicu tuduhan di kalangan pendukung pro-‘Israel’ bahwa tindakan Australia mencerminkan sikap yang semakin kritis terhadap ‘Israel’ di tengah agresi yang sedang berlangsung di Gaza.
Bukan Kali Pertama
Peristiwa ini serupa dengan kasus sebelumnya di mana pejabat Australia menolak visa mantan Menteri Kehakiman ‘Israel’ Ayelet Shaked, dengan alasan kekhawatiran kehadirannya dapat menyinggung komunitas tertentu.
Shaked, yang terpaksa membatalkan kehadirannya di sebuah konferensi Yahudi di Australia, mengkritik pemerintah, dengan menyatakan: “Pemerintah Australia saat ini telah mengambil posisi anti-‘Israel’ dan sangat pro-Palestina.”
Namun, Departemen Dalam Negeri Australia mengklarifikasi bahwa tidak ada perubahan pada kebijakan visa untuk warga ‘Israel’.
Menurut juru bicara departemen, “mengikuti prosedur standar, pihak berwenang mungkin mengharuskan pelamar untuk melengkapi dokumentasi tambahan saat mereka membutuhkan informasi tambahan untuk kasus tertentu.” Mereka juga mencatat bahwa 11.000 warga ‘Israel’ telah diberikan visa tahun lalu.
Penolakan visa ini terjadi di tengah meningkatnya kritik terhadap ‘Israel’ di Australia, yang dipicu oleh protes pekanan di Sydney atas tindakan ‘Israel’ yang sedang berlangsung di Gaza.
Demonstrasi yang mendapat dukungan luas itu menuntut tindakan lebih tegas dari pemerintah Australia.
Protes-protes ini meningkat menyusul dikeluarkannya surat perintah penangkapan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu November lalu.
Setiap Ahad, para demonstran berbaris melalui jalan-jalan Sydney, mendesak pemerintah, penandatangan Statuta Roma, untuk menanggapi dengan lebih tegas kehancuran yang terjadi di Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)