KABUL (Arrahmah.id) – Khalil Rahman Haqqani, Menteri Pengungsi dan Repatriasi Imarah Islam Afghanistan, lahir pada tahun 1966 di desa Kando, distrik Gerda Serai, provinsi Paktia. Pada usia sembilan tahun, pada tahun 1975, karena tantangan politik dan militer, ia terpaksa meninggalkan tanah airnya dan bermigrasi ke Pakistan.
Khalil Rahman Haqqani dan saudaranya, Jalaluddin Haqqani, adalah anggota senior Imarah Islam yang memainkan peran penting dalam perang melawan Uni Soviet dan pasukan koalisi selama beberapa dekade terakhir.
Pada 1980, di bawah kepemimpinan kakaknya, Jalaluddin Haqqani, Khalil Rahman memulai kegiatan jihad melawan pasukan Soviet, mengambil peran kunci sebagai komandan persenjataan berat selama konflik, lansir Tolo News (12/12/2024).
Pada 2001, ketika Amerika Serikat menginvasi Afghanistan, rumah Khalil Rahman di Kabul menjadi sasaran serangan udara. Pada 2011, Departemen Keuangan AS memasukkan Khalil Rahman Haqqani ke dalam daftar hitam, dan menawarkan hadiah sebesar 5 juta dolar AS untuk informasi yang mengarah kepadanya.
“Sejauh yang saya tahu, dia secara konsisten mendesak para penentang pemerintah untuk kembali ke negara itu, hidup damai, dan menyelesaikan masalah mereka,” kata Gulab Khan, seorang analis politik, kepada Tolo News.
Selama kembalinya Imarah Islam ke tampuk kekuasaan, Khalil Rahman Haqqani menjabat sebagai Menteri Pengungsi dan Repatriasi. Mengelola respons terhadap deportasi paksa hampir 900.000 pengungsi dari Pakistan dan sekitar 600.000 pengungsi Afghanistan dari Iran merupakan salah satu pencapaiannya yang signifikan.
Pada tanggal 8 November 2023, Khalil Rahman Haqqani menyatakan: “Sayangnya, orang-orang ini menghadapi banyak tantangan. Sebagian besar dari mereka yang datang dari sisi lain mengeluh tentang pemukulan dan perampasan barang-barang dan uang mereka. Kami berusaha keras untuk memberikan mereka kesempatan kerja dan memfasilitasi pendidikan mereka.”
Dalam sebagian besar pidatonya, Khalil Rahman Haqqani menekankan persatuan di antara warga negara, menyelesaikan tantangan pengungsi di negara-negara tetangga, dan menegakkan hukum Islam di Afghanistan. Menyelesaikan permusuhan yang telah berlangsung lama adalah aspek penting lainnya dari upaya Haqqani.
Pada 21 Oktober, ia menyatakan: “Kita harus bersatu, dan para pemuda harus berusaha untuk menyelaraskan karakter dan penampilan mereka dengan prinsip-prinsip Syariah.”
Khalil Rahman Haqqani juga menganggap pengejaran ilmu-ilmu kontemporer sebagai kebutuhan penting bagi negara. Pada peresmian sebuah sekolah di Parwan, ia mengatakan bahwa kemajuan dan perkembangan bangsa bergantung pada perolehan pengetahuan.
Khalil Rahman Haqqani terbunuh pada 11 November 2024, dalam sebuah serangan bunuh diri di Kementerian Pengungsi dan Repatriasi di Kabul. (haninmazaya/arrahmah.id)