Oleh Tiktik Siti Mukarromah
Pegiat Literasi
Musim hujan yang datang setiap tahun menjadi tantangan bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia, khususnya dalam pengelolaan sampah. Hujan yang terjadi saat ini memberikan dampak buruk pada lingkungan di sekitar Bendungan Bugel, yang terletak di Jalan Sukarame Ranca Bango, Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi. Dengan meningkatnya intensitas hujan, bendungan kembali dipenuhi sampah, yang sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga, sehingga memperburuk kondisi lingkungan di sekitar kawasan tersebut.
Berdasarkan pantauan media detikJabar.com, pada Ahad (24/11/2024) mengungkapkan bahwa keberadaan sampah tersebut tidak hanya menciptakan pemandangan yang kumuh dan jorok, tetapi juga menimbulkan bau busuk yang menyengat. Selain itu, sampah-sampah tersebut menghambat aliran sungai yang ada di bendungan, yang berpotensi mempengaruhi ekosistem dan meningkatkan risiko banjir di area sekitar.
Pemandangan timbunan sampah di sungai, meskipun terus dibersihkan, seolah menjadi pemandangan yang tak kunjung hilang. Upaya pengangkutan sampah dari sungai telah menjadi agenda rutin pemerintah dan komunitas peduli lingkungan. Namun, selama perilaku konsumtif dan sikap tidak peduli terhadap lingkungan masih menjadi kebiasaan masyarakat, masalah sampah tak akan pernah tuntas.
Masalah sampah di sungai bukan hanya persoalan teknis semata, tetapi juga cerminan dari pola pikir konsumtif yang dipengaruhi oleh sistem kapitalis yang mengakar. Sistem ini mendorong masyarakat untuk terus membeli, menggunakan, dan membuang tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Akibatnya, sungai-sungai kita menjadi tempat pembuangan terakhir bagi limbah konsumsi yang terus bertambah setiap hari.
Dalam sistem kapitalis, keberhasilan sering kali diukur dengan tingginya angka produksi dan konsumsi. Pola pikir ini menciptakan masyarakat yang kurang peduli terhadap dampak lingkungannya. Barang-barang sekali pakai, kemasan plastik, hingga limbah domestik terus menumpuk karena dianggap lebih praktis dan ekonomis, tanpa memikirkan konsekuensi ekologisnya. Ketika perilaku ini menjadi kebiasaan, sungai-sungai kita menjadi korban dari gaya hidup yang abai terhadap kelestarian lingkungan.
Namun, masalah ini tidak bisa selesai hanya dengan membersihkan sungai secara berkala. Pengangkutan sampah dari sungai adalah solusi jangka pendek yang tidak akan efektif selama akar permasalahan belum tersentuh. Sehingga dibutuhkan perubahan paradigma berpikir, baik pada level individu, masyarakat, maupun negara, agar perilaku konsumtif ini dapat diubah menjadi pola pikir yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga sebuah ideologi yang menawarkan solusi holistik bagi berbagai persoalan kehidupan, termasuk masalah lingkungan dan sampah.
Dalam sejarahnya, Islam telah membuktikan kemampuannya sebagai sistem yang unggul, mengatur peradaban hingga mencapai kegemilangan. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk cara manusia memperlakukan lingkungan.
Salah satu keunggulan Islam sebagai ideologi adalah pandangannya yang menyeluruh terhadap alam. Dalam Islam, alam semesta adalah amanah dari Allah yang harus dijaga. Tugas manusia sebagai khalifah di bumi mencakup tanggung jawab untuk tidak berbuat kerusakan, sebagaimana firman Allah Swt. :
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf: 56).
Dengan paradigma ini, sampah bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga moral dan spiritual. Islam juga menanamkan nilai qana’ah (kesederhanaan) dan melarang israf (pemborosan) yang menjadi akar dari perilaku konsumtif.
Masalah sampah modern, seperti limbah plastik dan barang sekali pakai, adalah akibat langsung dari pola pikir konsumtif yang bertentangan dengan prinsip Islam. Dengan mengedepankan gaya hidup sederhana dan penuh tanggung jawab, Islam mengarahkan umatnya untuk mengurangi produksi sampah sejak awal.
Dalam konteks sejarah, peradaban Islam di masa kegemilangannya menunjukkan kemampuan mengelola lingkungan dengan baik. Di Baghdad, Andalusia, dan kota-kota besar lainnya, umat Islam telah membangun sistem sanitasi yang canggih, memastikan kebersihan lingkungan dan keberlanjutan sumber daya. Kota-kota Islam dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan yang tidak hanya mengutamakan kesejahteraan manusia, tetapi juga keseimbangan dengan alam.
Sebagai pandangan hidup, Islam menawarkan solusi struktural melalui peran negara. Negara Islam memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumber daya alam dan lingkungan sesuai dengan prinsip syariah. Sistem ini mencakup pengelolaan limbah yang ramah lingkungan, pengawasan terhadap industri untuk menghindari pencemaran, serta edukasi publik tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Semua kebijakan ini terintegrasi dalam kerangka negara yang berorientasi pada kemaslahatan umat.
Islam juga mendorong inovasi dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Konsep wakaf, misalnya, bisa diterapkan untuk membangun infrastruktur daur ulang atau pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Selain itu, Islam menanamkan kesadaran bahwa menjaga kebersihan adalah bagian dari iman, sehingga setiap individu merasa bertanggung jawab untuk tidak merusak lingkungan, termasuk dengan cara membuang sampah sembarangan. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.:
“Kesucian (kebersihan) adalah sebagian dari iman” (HR. Muslim).
Sebagai pandangan hidup yang telah terbukti membawa peradaban menuju puncak kejayaan, Islam menawarkan solusi holistik yang tidak hanya menyelesaikan masalah sampah, tetapi juga mengubah paradigma manusia dalam memperlakukan lingkungan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan modern, kita tidak hanya akan mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, tetapi juga membangun peradaban yang harmonis dan berkelanjutan.
Saatnya menjadikan Islam sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah, tidak hanya masalah lingkungan melainkan semua permasalahan kehidupan secara holistik. Islam telah berhasil membangun peradaban dunia di masa lalu dengan gemilang. Dengan penerapan aturan yang tepat, Islam bisa menjadi solusi holistik dalam menangani masalah sampah dan infrastruktur.
Wallahua’lam bis shawab