TEPI BARAT (Arrahmah.id) – Otoritas pendudukan “Israel” telah menahan sedikitnya 435 wanita Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem yang diduduki, sejak dimulainya perang genosida pada Oktober 2023.
Masyarakat Tahanan Palestina menjelaskan dalam sebuah laporan kemarin pada Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Wanita, bahwa tidak ada perkiraan yang jelas tentang jumlah wanita yang ditahan dari Gaza, karena sejumlah dari mereka kemudian dibebaskan, tetapi dapat dipastikan bahwa ada wanita yang masih ditahan di kamp-kamp pendudukan, dan bahwa mereka menjadi sasaran penghilangan paksa.
“Wanita Palestina menghadapi fase paling berdarah dalam sejarah konflik dengan pendudukan, dengan berlanjutnya perang genosida, selain menghadapi serangkaian kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pelanggaran serius terhadap mereka, dan meningkatnya penahanan dan serangan di berbagai tingkatan, termasuk serangan seksual,” ujar lembaga tersebut seperti dilansir MEMO (26/11/2024).
Ditambahkannya bahwa sejak dimulainya perang genosida, pasukan pendudukan “Israel” telah meningkatkan penangkapan sistematis mereka terhadap wanita Palestina di semua wilayah pendudukan, termasuk anak-anak. Perempuan, katanya, telah ditangkap dan digunakan sebagai sandera, dengan tujuan menekan anggota keluarga yang menjadi sasaran pendudukan agar menyerahkan diri. Kebijakan ini merupakan salah satu kejahatan paling menonjol yang telah meningkat secara signifikan, dan telah mencakup istri dan ibu dari tahanan, termasuk perempuan lanjut usia yang berusia di atas 70 tahun.
Laporan tersebut mencatat bahwa pendudukan telah melakukan penangkapan besar-besaran terhadap perempuan dari Gaza, termasuk anak di bawah umur dan perempuan lanjut usia, dan menahan mereka di kamp-kamp yang terkait dengan tentara, serta Penjara Damon. Laporan tersebut menunjukkan bahwa mengingat kejahatan pendudukan yang terus berlanjut berupa penghilangan paksa tahanan Gaza, organisasi-organisasi tidak memiliki data yang jelas tentang jumlah mereka, atau tentang mereka yang masih ditahan di kamp-kamp di bawah kendali tentara. Namun, diketahui bahwa ada empat perempuan Palestina dari Gaza yang ditahan di Penjara Damon saat ini.
Otoritas pendudukan menahan sebagian besar tahanan perempuan Palestina di Damon, sebuah penjara pusat yang secara historis telah digunakan untuk tujuan ini. Kondisinya keras dan sulit sebagai akibat dari kebijakan isolasi kolektif yang telah diadopsi terhadap tahanan laki-laki dan perempuan. Selain itu, tahanan perempuan khususnya telah terpapar sejak awal perang genosida terhadap penyiksaan terus-menerus, termasuk kurungan isolasi, serangan fisik, penyitaan barang-barang mereka, dan perampasan hak-hak mereka.
Menurut lembaga tersebut, hingga awal November, jumlah tahanan administratif yang ditahan tanpa dakwaan maupun pengadilan telah meningkat menjadi sedikitnya 3.443 orang, termasuk 31 orang perempuan. Di antara mereka adalah wartawan, pengacara, aktivis hak asasi manusia, dan mahasiswa. (haninmazaya/arrahmah.id)