KIEV (Arrahmah.id) — Mantan Panglima Militer Ukraina Valery Zaluzhny mengatakan bahwa keterlibatan langsung sekutu otokratis Rusia dalam perangnya melawan Ukraina berarti Perang Dunia III telah dimulai.
“Saya percaya bahwa pada tahun 2024 kita benar-benar dapat percaya bahwa Perang Dunia Ketiga telah dimulai,” kata Zaluzhny, yang sekarang Utusan Ukraina untuk Inggris, saat pidato di upacara penghargaan UP100 Ukrainska Pravda seperti Politico (21/11/2024).
“Karena pada 2024, Ukraina tidak lagi berhadapan dengan Rusia. Tentara dari Korea Utara berdiri di depan Ukraina. Mari kita jujur. Sudah di Ukraina, ‘Shahedi’ (drone) Iran membunuh warga sipil secara terbuka, tanpa rasa malu,” kata Zaluzhny, seraya menambahkan bahwa senjata Korea Utara dan Tiongkok terbang ke Ukraina.
Zaluzhny mendesak sekutu Ukraina untuk menarik kesimpulan yang tepat.
“Masih mungkin untuk menghentikannya di sini, di wilayah Ukraina. Namun karena alasan tertentu mitra kami tidak ingin memahami hal ini. Jelas sekali bahwa Ukraina sudah mempunyai terlalu banyak musuh. Ukraina akan bertahan dengan teknologi, namun tidak jelas apakah mereka dapat memenangkan pertempuran ini sendirian, katanya.
Pidato Zaluzhny pada upacara tersebut sejalan dengan pandangan suramnya terhadap perang. Dalam komentar serupa di karyanya essay bagi The Economist tahun lalu yang membuat marah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Zaluzhny membandingkan keadaan konflik dengan kebuntuan seperti Perang Dunia I.
Zelenskyy memecat Zaluzhny pada bulan Februari setelah meningkatnya ketegangan antara keduanya tentang bagaimana perang di Ukraina harus dilakukan — serta semakin populernya Zaluzhny, yang membuatnya berpotensi menjadi ancaman politik.
Zaluzhny dipuji karena berhasil menghentikan dan memukul mundur serangan awal Rusia yang dilancarkan pada 24 Februari 2022, yang kemudian ternoda oleh kegagalan serangan balasan tahun lalu.
Perannya diambil alih oleh Jenderal Oleksandr Syrskyi, yang dipandang lebih dekat dengan presiden.
Rusia mengatakan telah mengidentifikasi pangkalan rudal AS di Polandia yang diklaimnya meningkatkan prospek perang nuklir antara Moskow dan NATO.
Moskow mencap fasilitas di kota Redzikowo dekat pantai Baltik sebagai provokasi beberapa hari setelah Washington mengizinkan serangan rudal jarak jauh oleh Ukraina terhadap target di tanah Rusia.
“Ini adalah langkah provokatif lainnya dalam serangkaian tindakan yang sangat tidak stabil oleh Amerika dan sekutu mereka di Aliansi Atlantik Utara di bidang strategis,” kata Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Kamis.
“Hal ini menyebabkan melemahnya stabilitas strategis, meningkatnya risiko strategis, dan sebagai hasilnya, meningkatnya tingkat bahaya nuklir secara keseluruhan.”
Fasilitas rudal AS, yang diresmikan pada tahun 2009, dibuka pada tanggal 13 November sebagai bagian dari program pertahanan udara yang lebih luas oleh aliansi militer NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Moskow telah berupaya meningkatkan prospek perang nuklir setelah Joe Biden mengizinkan penggunaan rudal Barat dalam serangan di dalam Rusia oleh pasukan Ukraina.
Tak lama setelah berita tentang keputusan tersebut bocor ke The New York Times, Rusia mengklaim bahwa roket Atacms yang dipasok AS digunakan untuk menyerang target di dalam Rusia.
Tuduhan tersebut ditindaklanjuti oleh klaim bahwa rudal jelajah Storm Shadow yang disediakan Inggris diluncurkan ke sasaran di dalam Kursk, wilayah Rusia yang sebagian diduduki oleh Ukraina.
Vladimir Putin kemudian menandatangani dekrit yang memperluas penggunaan persenjataan nuklirnya.
Doktrin baru tersebut menyatakan serangan dari negara non-nuklir, jika didukung oleh kekuatan nuklir, akan diperlakukan sebagai serangan gabungan terhadap Rusia.
Para ahli mengatakan ancaman tersebut sebagian besar merupakan upaya putus asa oleh Moskow untuk mencegah serangan di wilayahnya menggunakan senjata Barat.
Polandia mengklaim pangkalan yang disebutkan oleh Rusia tidak menimbulkan ancaman.
Pangkalan ini merupakan bagian dari Aegis Ashore, sebuah program NATO untuk mempertahankan aliansi terhadap rudal balistik jarak pendek dan menengah.
“Mengingat sifat dan tingkat ancaman yang ditimbulkan oleh fasilitas militer Barat tersebut, pangkalan pertahanan rudal di Polandia telah lama ditambahkan ke dalam daftar target prioritas untuk kemungkinan penghancuran, yang, jika perlu, dapat dieksekusi dengan berbagai senjata canggih,” kata Zakharova.
“Pangkalan ini berfungsi sebagai pertahanan, bukan serangan,” Pawel Wronski, juru bicara Kementerian Luar Negeri Polandia, membalas.
“Ancaman tersebut tentu akan menjadi argumen untuk memperkuat pertahanan udara Polandia dan NATO, dan juga harus dipertimbangkan oleh Amerika Serikat. (hanoum/arrahmah.id)