JAKARTA (Arrahmah.id) – Pendakwah Ustadz Koh Dennis Lim menyampaikan kritik tajam terkait dugaan keterlibatan pegawai Kementerian Komunikasi Digital (Komdigi) dalam praktik judi daring (online) atau judol.
Ia mengungkapkan adanya perlindungan dari oknum aparat yang seharusnya bertugas memberantas aktivitas ilegal tersebut.
Pernyataan ini mencuat di tengah gencarnya pemberitaan mengenai maraknya judi online di Indonesia.
Sebagai mantan bandar judi, Ustaz Dennis Lim mengungkapkan bahwa praktik judi online sering kali didukung oleh oknum aparat yang memberikan perlindungan.
Modusnya, saat pemain memenangkan taruhan dalam jumlah besar, pihak bandar menghubungi ‘pelindung’ mereka untuk melakukan penggerebekan. Hal ini membuat pemain tidak sempat mencairkan kemenangan mereka, sementara uang tetap dikuasai bandar.
“Judi online berkembang karena ada pihak yang seharusnya memberantas, justru melindungi. Ketika pemain menang besar, langsung digerebek sebelum uang bisa ditarik. Bandar selalu di posisi menang,” tegas Koh Dennis dalam podcast Cerita Untung, Kamis (14/11), dilansir Inilah.com.
Jaringan Judi Online Berpindah ke Luar Negeri
Koh Dennis juga menjelaskan bahwa sejak 2007, banyak pelaku judi online memindahkan operasinya ke luar negeri, khususnya ke Kamboja. Mereka memilih lokasi tersebut karena lebih aman dari pengawasan hukum Indonesia.
“Di Kamboja, mereka merasa lebih aman karena mendapat perlindungan dari pihak-pihak tertentu di sana,” ungkapnya.
Beberapa pelaku bahkan menyewa tempat di kasino fisik untuk menjalankan operasi judi online mereka, sehingga terkesan legal meski sebenarnya ilegal. Biaya keamanan untuk operasional ini dikabarkan mencapai miliaran rupiah per bulan.
Eksploitasi Tenaga Kerja Migran untuk Admin Judi
Koh Dennis juga mengungkapkan bahwa banyak warga Indonesia, terutama lulusan SD, SMP dan SMA, direkrut secara ilegal untuk bekerja sebagai admin judi online di luar negeri, seperti Kamboja, Thailand, dan Vietnam.
“Mereka dijanjikan gaji besar, sekitar Rp7 juta per bulan, untuk pekerjaan sederhana seperti mengecek mutasi rekening dan membalas pesan pemain. Namun kenyataannya, banyak dari mereka menjadi korban perdagangan manusia, bahkan harus bekerja di bawah tekanan,” tambah Koh Dennis.
Ia menjelaskan modus operasional mereka, termasuk memanfaatkan visa bebas kunjungan di kawasan Asia Tenggara.
“Paspornya bolak-balik antara Kamboja, Thailand, atau Vietnam setiap bulan hanya untuk memperpanjang masa tinggal. Ini terlihat jelas di paspor mereka, penuh dengan cap keluar-masuk,” paparnya.
Jaringan Situs Judi dan “Stok” Website Baru
Koh Dennis juga menjelaskan bagaimana para bandar judi bisa dengan cepat beradaptasi dan membuat situs baru setiap kali satu situs diblokir.
“Kalau mau jujur, kita bisa tutup hari ini juga, tapi mereka akan tetap menemukan cara untuk bertahan. Lihat saja di Cina, ketika aplikasi luar diblokir, mereka bikin WeChat untuk menggantikan. Begitu juga dengan judi online, mereka malah makin kreatif ketika ada pembatasan,” ujar Koh Dennis.
Koh Dennis mengungkapkan bahwa bandar judi sudah mempersiapkan banyak situs cadangan untuk berjaga-jaga jika salah satu situs mereka ditutup oleh pemerintah.
“Kita bisa punya stok hingga 10 URL sekaligus. Kalau satu diblokir, kita langsung kasih tahu pelanggan untuk akses situs baru,” ungkapnya.
Praktik ini membuat upaya penutupan situs judi online oleh pemerintah menjadi kejar-kejaran tanpa akhir. Para bandar cukup mengganti nama domain atau membuka hosting baru untuk kembali beroperasi dalam waktu singkat. Bahkan, meskipun akun-akun bank yang digunakan untuk transaksi judi diblokir, mereka sudah menyiapkan rekening bodong sebagai cadangan.
Imbauan untuk Pemerintah
Ustaz Koh Dennis menegaskan pentingnya langkah serius dari pemerintah untuk memberantas praktik judi online. Ia juga menyerukan agar masyarakat lebih waspada terhadap modus-modus yang digunakan oleh pelaku.
“Selama masih ada oknum yang melindungi, judi online akan terus merajalela. Pemerintah harus bertindak tegas, tidak hanya kepada pelaku kecil, tetapi juga kepada jaringan besar di baliknya,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)