WASHINGTON (Arrahmah.id) – Elise Stefanik, seorang anggota kongres Partai Republik pro-‘Israel’ dari New York, akan ditunjuk sebagai duta besar AS berikutnya untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden terpilih Donald Trump mengonfirmasi pada 11 November.
“Saya merasa terhormat mencalonkan Ketua Elise Stefanik untuk bertugas di kabinet saya sebagai duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Elise adalah pejuang America–First yang luar biasa kuat, tangguh, dan cerdas,” kata Trump kepada New York Post.
“Saya benar-benar merasa terhormat mendapatkan nominasi Presiden Trump untuk bertugas di kabinetnya, sebagai duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata Stefanik dalam sebuah pernyataan kepada Post sebagai tanggapan atas pengumuman tersebut.
“Saya siap untuk memajukan upaya Presiden Donald J. Trump untuk mengembalikan perdamaian America First melalui kepemimpinan yang kuat di panggung dunia pada hari pertama di Perserikatan Bangsa-Bangsa,” tambahnya.
Surat kabar ‘Israel’, Haaretz, mengomentari bahwa Stefanik secara luas diharapkan untuk fokus pada upaya memerangi kritik di PBB atas kampanye militer ‘Israel’ di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 43.000 warga Palestina, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Pada Mei, saat ‘Israel’ membombardir dan membuat warga sipil kelaparan selama operasi darat di Rafah di Gaza selatan, ia mengatakan kepada kaukus di Knesset ‘Israel’ bahwa AS harus memasok “negara ‘Israel’ dengan apa yang dibutuhkannya, kapan pun dibutuhkan, tanpa syarat untuk mencapai kemenangan total dalam menghadapi kejahatan.”
Perwakilan Stefanik mendapat perhatian internasional selama sidang kongres musim semi ini, saat presiden beberapa universitas terkemuka AS dicap “anti-Semit” karena mengizinkan mahasiswa memprotes genosida ‘Israel’ terhadap warga Palestina di Gaza.
Stefanik juga mengutip dugaan peningkatan anti-Semitisme dalam pernyataannya, dengan mengatakan, “Pekerjaan yang harus dilakukan sangat besar karena kita melihat anti-semitisme meroket ditambah dengan empat tahun kepemimpinan AS yang sangat lemah yang secara signifikan melemahkan keamanan nasional kita dan mengurangi posisi kita di mata sekutu dan musuh.”
Anggota lobi ‘Israel’ di AS telah lama mengutip klaim palsu anti-Semitisme untuk melindungi ‘Israel’ dari kritik atas pendudukan selama puluhan tahun di wilayah Palestina dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh tentara ‘Israel’.
Jurnalis Haaretz Gideon Levy mengamati pada 2019 bahwa “propaganda ‘Israel’ dan propaganda Yahudi dalam beberapa tahun terakhir menjadikannya sebagai metode yang sistematis, setiap kali ada orang yang berani mengajukan pertanyaan atau mengkritik ‘Israel’, ia langsung dan otomatis dicap sebagai anti-Semit, dan kemudian ia harus tutup mulut, karena setelah ini, apa yang bisa ia katakan?”
“Lingkaran setan ini harus diputus,” tambahnya. (zarahamala/arrahmah.id)