ABUJA (Arrahmah.id) — Sebanyak 29 anak di Nigeria terancam hukuman mati karena ikut berpartisipasi dalam unjuk rasa memprotes krisis biaya hidup yang tinggi di negara tersebut.
Dilansir CNN (2/11/2024), sebanyak 76 pengunjuk rasa didakwa dengan 10 tuduhan kejahatan. Tuduhan itu termasuk di antaranya pengkhianatan, perusakan properti, gangguan publik, dan pemberontakan.
Berdasarkan lembar dakwaan, anak-anak di bawah umur tersebut masih berusia antara 14-17 tahun. Empat dari mereka dilaporkan pingsan di pengadilan karena kelelahan sebelum dapat mengajukan pembelaan.
Kekecewaan atas krisis biaya hidup yang tinggi telah memicu beberapa protes massal di Nigeria selama beberapa bulan terakhir. Pada Agustus lalu, sedikitnya 20 orang ditembak mati dan ratusan lainnya ditangkap.
Kabar mengenai puluhan anak yang terancam hukuman mati ini pun memicu protes dari banyak pihak. Pengacara Akintayo Balogun mengatakan, Undang-Undang Hak Anak tidak mengizinkan anak mana pun menjadi sasaran pidana hingga dijatuhi hukuman mati.
“Jadi, membawa anak di bawah umur ke pengadilan tinggi federal adalah salah, sejak awal, kecuali jika pemerintah dapat membuktikan bahwa semua anak laki-laki tersebut berusia di atas 19 tahun,” ujar Balogun.
Penasihat hukum anak laki-laki tersebut Marsekal Abubakar mengatakan, pengadilan memberikan jaminan sebesar 10 juta naira (US$5.900 atau sekitar Rp93,5 juta) pada masing-masing terdakwa dengan menetapkan persyaratan ketat yang tidak bisa dipenuhi anak-anak tersebut.
“Negara yang memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya akan memutuskan untuk menghukum anak-anak tersebut. Anak-anak ini telah ditahan selama 90 hari tanpa makanan,” ujar Abubakar.
Direktur Eksekutif Enough is Enough, sebuah organisasi masyarakat sipil, Yemi Adamolekun menegaskan bahwa pihak berwenang tidak berhak mengadili anak-anak.
“Ketua Mahkamah Agung Nigeria seharusnya malu, dia adalah seorang wanita dan seorang ibu,” ujar Adamolekun.
Meski menjadi salah satu produsen minyak mentah terbesar di Afrika, Nigeria tetap menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Tenaga medis juga sering mogok kerja untuk memprotes upah yang rendah.
Para pejabat, politisi, dan anggota parlemen kerap memamerkan gaya hidupnya yang tinggi. Seorang istri presiden bahkan berhak atas mobil SUV dan kemewahan lainnya yang didanai oleh pembayar pajak.
Tingkat inflasi Nigeria juga telah mencapai titik tertinggi dalam 28 tahun terakhir.
Badan Pangan PBB juga telah mengklasifikasikan Nigeria sebagai ‘titik panas yang sangat mengkhawatirkan’. Pasalnya, sejumlah besar warga Nigeria menghadapi tingkat kerawanan pangan yang akut. (hanoum/arrahmah.id)