NEW YORK (Arrahmah.id) — Universitas Columbia membayar uang ganti rugi sebesar US$395.000 atau setara Rp 6,12 miliar (asumsi kurs Rp 15.500/US$) kepada seorang mahasiswa Israel yang diskors Januari lalu setelah menyemprotkan zat berbau busuk kepada para demonstrasi kampus yang sedang melakukan aksi demo mendukung Palestina, lapor The Times of Israel (2/11/2024)
Mahasiswa Israel yang menerima pembayaran tersebut telah diskors hingga Mei lalu.
Kasus tersebut pertama kali diungkap sebagai serangan bahan kimia yang melibatkan penggunaan semprotan sigung, suatu zat yang dikembangkan di Israel dan digunakan sebagai senjata pengendali massa. Bahan kimia ini paling umum digunakan oleh Israel ketika meluncurkan serangan di West Bank.
Namun, Universitas Columbia mengatakan bahwa semprotan yang digunakan adalah semprotan kentut baru yang tidak beracun, yang dibeli di Amazon seharga US$ 26, dan bukan zat kimia
Mahasiswa Israel itu kemudian mengajukan gugatan hukum terhadap Universitas Columbia pada April lalu.
Saat itu dirinya mengatakan semprotan kentut yang berbau busuk itu dimaksudkan sebagai bentuk ekspresi yang tidak berbahaya dengan menggunakan produk yang dipasarkan sebagai Liquid Ass, dan tersedia untuk dibeli oleh konsumen.
Padahal, beberapa mahasiswa yang menjadi sasaran tetap melaporkan gejala-gejala seperti mual, sakit perut, sakit kepala, dan mata gatal, dan kerusakan pada barang-barang pribadi mereka, bahkan beberapa memerlukan perawatan medis.
Shay, seorang mahasiswa S1 di Columbia mengatakan bahwa mereka pergi ke ruang gawat darurat di Mount Sinai Morningside karena kehilangan nafsu makan dan mual parah serta sakit kepala.
Shay kemudian diagnosis terkena paparan bahan kimia. Para korban pun dipasangi infus dan diberi obat setelah keluar.
Universitas dan polisi New York kemudian meluncurkan penyelidikan terhadap kemungkinan kejahatan kebencian, tak lama setelah penggunaan semprotan kentut itu.
Dalam sebuah surat kepada mahasiswa dan fakultas yang dikirim pada bulan Januari setelah insiden tersebut, rektor sementara Columbia, Dennis Mitchell, menulis “Sebuah insiden yang sangat meresahkan terjadi di tangga Low Library. Banyak mahasiswa Columbia dan Barnard yang demo kemudian melaporkan disemprot dengan zat berbau busuk yang mengharuskan mahasiswa untuk mencari perawatan medis.”
Sebuah laporan berjudul “Antisemitisme di kampus-kampus terungkap”, yang ditulis oleh staf Partai Republik di komite DPR AS tentang pendidikan dan tenaga kerja, menyebut hukuman atas penyemprotan itu sebagai “disiplin yang tidak proporsional”.
Anggota komite yang sama menyerukan serangkaian pengunduran diri presiden Ivy League yang sekolahnya menampung demonstrasi pro-Palestina dan mengusulkan penarikan dana federal dari universitas-universitas yang tidak berpartisipasi dalam rencana untuk mengekang protes kampus.
Shay menyebut penyelesaian itu sebagai tamparan keras.
“Penyerangan adalah penyerangan,” kata dia.
“Jika banyak orang harus pergi ke rumah sakit dan didiagnosis terpapar bahan kimia, maka, ‘Oh, itu hanya semprotan kentut’ bukanlah pembelaan yang tepat bagi saya.” imbuhnya.
Pembuat Liquid Ass memperingatkan bahwa iritasi mata, mual, muntah, dan terkadang diare merupakan efek samping yang mungkin terjadi.
Jika terhirup, pembuat Liquid Ass mengatakan bahwa hal itu dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan.
Shay mengatakan dirinya tidak setuju bahwa komite tersebut menggolongkan protes kampus untuk warga Palestina sebagai antisemit.
“Keluarga saya sangat terpengaruh oleh antisemitisme di negara ini dan sekitarnya, dan sungguh sangat menyinggung untuk mereduksinya menjadi taktik politik untuk membungkam aktivisme melawan genosida, yang memang seperti itu.” (hanoum/arrahmah.id)