KAIRO (Arrahmah.id) – Sekelompok aktivis Mesir telah mengajukan pengaduan mendesak kepada Jaksa Penuntut Umum, yang menargetkan Perdana Menteri Mostafa Madbouly, Ketua Otoritas Pelabuhan Alexandria, dan Direktur Eksekutif Kantor Konsultan Maritim Mesir (EMCO) atas berlabuhnya kapal Jerman yang membawa bahan peledak yang ditujukan untuk ‘Israel’.
Kapal, MV Kathrin, tiba di Pelabuhan Alexandria pada 28 Oktober setelah beberapa negara menolak masuknya.
“Kami menolak Mesir menjadi pintu gerbang bagi dukungan militer terhadap pendudukan ‘Israel’,” kata para aktivis. Bahan peledak di atas kapal MV Kathrin dilaporkan ditujukan untuk pasukan ‘Israel’, yang menggunakan bahan-bahan tersebut terhadap warga sipil di Gaza dan Lebanon.
Para aktivis, termasuk tokoh terkemuka seperti jurnalis Rasha Azab dan pengacara hak asasi manusia pemenang penghargaan Mahienour El-Masri, mengklaim pengiriman tersebut membahayakan keamanan nasional Mesir dan Arab dan menggambarkan Mesir terlibat dalam perang tersebut.
“Ini adalah pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan domestik,” kata pernyataan mereka, menuntut penyitaan segera kapal tersebut dan penyelidikan terhadap perusahaan Mesir EMCO, yang diduga memfasilitasi kedatangan kapal tersebut.
Perjalanan kontroversial kapal MV Kathrin yang dimiliki dan berbendera Jerman dimulai hampir dua bulan lalu ketika otoritas Namibia menemukan bahwa kapal itu membawa bahan peledak kelas militer yang dilaporkan ditujukan untuk upaya perang ‘Israel’ di Gaza dan sekarang Lebanon.
Menyusul penemuan ini, sejumlah negara, termasuk Malta, Namibia, dan Angola, menolak menerima kapal tersebut, yang pada dasarnya meninggalkannya dalam ketidakpastian maritim.
Pemerintah Portugis kemudian menuntut agar kapal tersebut melepaskan bendera Portugisnya, dan memaksanya berlayar di bawah bendera Jerman. Setelah menghilang dari radar selama lebih dari sepekan, MV Kathrin terlihat di Porto-Romano, Albania, dan kemudian muncul kembali di dermaga militer di Pelabuhan Alexandria pada 28 Oktober.
Pada Senin (28/10/2024), MV Kathrin berlabuh di Pelabuhan Mediterania Alexandria, memicu kekhawatiran di kalangan kelompok pro-Palestina atas fasilitasi Mesir dalam pengiriman material militer ke ‘Israel’ di tengah serangannya yang terus berlanjut di Gaza.
Kapal tersebut dilaporkan membongkar delapan kontainer berisi 150.000 kg bahan peledak RDX, sebuah zat yang digunakan dalam aplikasi militer.
Material tersebut diperkirakan akan digunakan oleh Israeli Military Industries, anak perusahaan Elbit Systems, perusahaan militer terbesar di ‘Israel’. Material tersebut dimaksudkan untuk memproduksi senjata seperti bom, mortir, dan roket.
Menurut pernyataan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) awal pekan ini, EMCO juga mengawasi keberangkatan kapal lain menuju Pelabuhan Ashdod di ‘Israel’ pada hari yang sama.
Pada Kamis (31/10), Amnesty International mengonfirmasi bahwa pemerintah Mesir telah mengizinkan kapal MV Kathrin yang berbendera Jerman berlabuh dan membongkar muatan di pelabuhan Alexandria “meskipun ada risiko bahwa kargo tersebut akan berkontribusi pada terjadinya kejahatan perang di Gaza”.
“Hukum humaniter internasional (HHI) melarang negara mentransfer senjata ke pihak yang bertikai bersenjata jika ada risiko yang dapat memicu terjadinya kejahatan perang,” tambah Amnesty, dengan mengatakan bahwa Mesir tidak boleh membantu atau memfasilitasi transfer yang melanggar hukum ini.
Pemerintah Mesir sejak itu mengonfirmasi kedatangan kapal tersebut tetapi membantah memiliki peran apa pun dalam mentransfer amunisi ke ‘Israel’.
“Kapal Kathrin adalah kapal Portugis yang mengibarkan bendera Jerman. Kapal tersebut telah diizinkan berlabuh di pelabuhan Alexandria untuk membongkar muatan yang ditujukan kepada Kementerian Produksi Militer Mesir,” kata Kementerian Transportasi dan Industri Mesir dalam sebuah pernyataan.
“Kapal tersebut telah secara resmi meminta izin untuk meninggalkan pelabuhan menuju Pelabuhan Haydarpaşa (alias Pelabuhan Haidar Pasha) di Turki untuk melanjutkan rencana perjalanannya,” tambah kementerian tersebut.
Dalam pernyataan resminya, juru bicara militer Mesir tidak menyebutkan adanya referensi ke kapal yang dimaksud, tetapi membantah adanya bentuk kerja sama militer apa pun dengan ‘Israel’. (zarahamala/arrahmah.id)