LEBANON (Arrahmah.id) — Pasukan Israel pada Ahad (27/10/2024) mengumumkan bahwa lima tentara cadangan Israel tewas dan 14 lainnya terluka dalam pertempuran dengan milisi Syiah Hizbullah di sebuah desa di Lebanon selatan pada Sabtu malam. Seorang rabi, seorang komandan, dan wakil komandan termasuk yang tewas.
Jumlah ini membuat jumlah korban IDF dalam serangan darat terhadap Hizbullah di Lebanon dan selama operasi menjadi 34 orang. Pada Jumat, sebanyak 10 tentara Israel juga ditewaskan di Lebanon selatan dan utara Israel.
Semua pasukan yang tewas pada Sabtu malam bertugas di Batalyon 8207 Brigade Alon. Diantaranya Avraham Yosef Goldberg (43) yang merupakan rabi batalion, Amit Chayut (29) adalah komandan peleton, dan Eliav Amram Abitbol adalah wakil komandan kompi. Di antara 14 tentara yang terluka, lima diantaranya berada dalam kondisi serius. Sementara tiga anggota Hizbullah mati dalam baku tembak.
Dilansir The Times of Israel (28/10), rincian lebih lanjut mengenai pertempuran tersebut masih dalam penyelidikan, karena IDF menekankan kampanyenya untuk mendorong pasukan Hizbullah menjauh dari perbatasan.
Sejak 8 Oktober, milisi Hizbullah hampir setiap hari menyerang komunitas dan pos militer Israel di sepanjang perbatasan, dan kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendukung Gaza di tengah perang di sana.
Sekitar 60.000 penduduk dievakuasi dari kota-kota utara di perbatasan Lebanon tak lama setelah serangan gencar Hamas pada 7 Oktober, di tengah kekhawatiran Hizbullah akan melakukan serangan serupa, dan meningkatnya serangan roket oleh kelompok tersebut.
Serangan ke Israel utara sejak Oktober 2023 telah mengakibatkan tewasnya 31 warga sipil. Selain itu, 55 tentara dan pasukan cadangan IDF tewas dalam pertempuran lintas batas dan dalam operasi darat yang dilancarkan di Lebanon selatan pada akhir September. Dua tentara tewas dalam serangan pesawat tak berawak dari Irak, dan ada juga beberapa serangan dari Suriah, tanpa ada korban luka.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Ahad menyerukan “konsesi yang menyakitkan” untuk menjamin pembebasan tawanan yang ditahan di Jalur Gaza.
“Tidak semua tujuan dapat dicapai melalui cara militer saja; kekuatan bukanlah jawaban atas segalanya,” kata Gallant pada hari peringatan korban tewas dalam serangan Hamas tahun lalu.
“Dalam memenuhi kewajiban etis kami untuk membawa pulang sandera, diperlukan konsesi yang menyakitkan,” tambahnya dilansir the Palestine Chronicle.
Menteri Pertahanan mengakui bahwa perang Gaza yang sedang berlangsung adalah “tantangan yang kompleks dan belum pernah terjadi sebelumnya.” (hanoum/arrahmah.id)