(Arrahmah.id) – Timur Tengah (Middle East) merupakan kawasan terpenting dalam tinjauan geografi politik (geopolitik) atau ruang hidup (lebensraum). Istilah geografi politik muncul pada akhir abad 19, oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman bernama Friedrich Ratzel (1844-1904). Melalui karyanya yang berjudul “Politische Geographie” (1897), Ratzel dijuluki sebagai “Bapak Geografi Politik”.
Ratzel mendefinisikan geografi politik yaitu, studi tentang negara sebagai “space organism”. Ia menggambarkan negara sebagai suatu organisme yang terlekat pada bumi, yang nasibnya ditentukan oleh dua variabel pokok yakni, Raum (ruang) dan Lage (posisi).
Ratzel memandang negara sebagai organisme yang harus bersaing dengan organisme lain, dan agar bisa berkembang organisme itu memerlukan labensraum. Pendapat Ratzel tersebut ternyata dipengaruhi oleh cara berfikir Charles Darwin.
Pemikiran Ratzel dilanjutkan oleh Rudolf Kjellen dari Universitas Gothernburg. Menurutnya untuk memperoleh ruang hidup, maka perlu dilakukan perluasan wilayah, walaupun untuk itu harus menimbulkan perang.
Dapat dikatakan bahwa geopolitik menunjuk pada penguasan teritorial untuk penyediaan sumber daya dalam rangka kekuatan suatu negara. Demikian itu sangat terkait dengan persaingan dengan kekuatan negara lain.
Sejatinya Timur Tengah menunjuk pada Baitul Maqdis di Palestina. Baitul Maqdis merupakan pusat kekuatan spiritual, sehingga mampu memberikan pengaruh pada kondisi seluruh lapisan geografis.
Hal ini menciptakan sebuah “lingkaran baraka” yang juga dikenal dengan “Theories of the Circles of the Baraka and Geopolitics”. Profesor Abdul Fattah Muhammad mengatakan, secara terminologi Al-Quran, pusat dari peta dalam “Theory Circle of Baraka” disebut dengan al-ardhul muqaddasah atau yang dikenal sebagai Baitulh Maqdis. Dimana lingkaran pusat ini memiliki kekuatan yang sangat luar biasa.
Baitul Maqdis merupakan sebagai lingkaran pertama. Lingkaran kedua meliputi Mesir dengan Syam, yang saat ini didominasi oleh Syria. Melebar lagi di lingkaran ketiga sampai ke Mekkah.
Profesor asal Baitul Maqdis itu menuturkan bahwa teori tersebut memiliki dasar yang disebutkan bahwa barang siapa yang memimpin Baitul Maqdis pada lingkaran pertama akan mengontrol Mesir dan Syam. Kemudian, siapa pun yang mengontrol Mesir dan Syam akan mengontrol lingkaran ketiga. Dengan demikian barang siapa yang dapat mengontrol lingkaran ketiga, maka akan memimpin dunia.
Dalam percaturan politik global, Timur Tengah dipandang sebagai “kekuatan baru dan strategis”. Sejalan dengan hal ini, Israel berambisi mengontrol Timur Tengah yang didahului dengan penguasaan atas tanah Palestina seutuhnya. Sejarah mencatat bahwa semenjak dahulu Zionis berambisi dan mempersiapkan penguasaan atas tanah Palestina. Guna kepentingan tersebut Kekhalifahan Islam (Ottoman Turki) dijatuhkan dengan serangkaian tindakan konspirasi.
Bagi Zionis, penguasaan atas Palestina merupakan suatu keharusan. Keharusan tersebut didasarkan pada motivasi dengan klaim bahwa Palestina adalah “tanah yang dijanjikan”.
Menurut keyakinan Yahudi – ketika masih berada di Mesir – Allah telah menjanjikan bagi Abraham dan Bani Israel bahwa tanah yang ditempati adalah Kana’an. Menurut mereka Kana’an adalah Baitul Maqdis dan sekitarnya.
Dengan demikian, motif itulah yang mendasari pembentukan negara Israel Raya yang memasukkan Palestina, Lebanon, Suriah dan Yordania. Terlebih lagi ditinjau secara geografis, Palestina dipandang sebagai lokasi yang strategis bagi pusat instalasi militer.
Penguasaan atas Palestina dan kemudian Timur Tengah menjadi tonggak bagi Zionis dalam rangka menguasai dunia. Oleh karena itu, genosida yang dilakukan terhadap rakyat Palestina menjadi dalil pembenaran dan memang suatu keharusan demi penguasaan dunia.
Teori Lingkaran Baraka yang disampaikan di atas senada dengan yang dikemukakan oleh Karl Ernst Haushofer. Ketika Perang Dunia II, Nazi Jerman melalui Adolf Hitler sangat terpengaruh oleh pemikiran Haushofer yang memperkenalkan Teori Geopolitik yang dinamakan “The Heartland Theory”.
Teori tersebut intinya berbunyi, “Siapa pun yang menguasai Heartland, maka akan mampu menguasai World Island”.
Heartland (jantung bumi) merupakan sebutan bagi wilayah Asia Tengah, dan World Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan itu merupakan kawasan kaya minyak bumi dan juga gas.
Dengan demikian, siapa yang dapat menguasai Timur Tengah, maka akan menguasai dunia. Teori itu sesungguhnya bukan otentik dari Haushofer, namun merupakan adaptasi dari Sir Halford Mackinder (1861-1947), seorang pakar geopolitik asal Inggris terkemuka abad ke-19. Pemikiran Mackinder dapat dilihat dalam karyanya yang berjudul “The Geographic Pivot of History”.
Pemikiran Mackinder dapat disimpulkan sebagai berikut, “Who controls East Europe command the Heartland, who controls the heartland command world island, who command the world island command the world”.
Teori Geopolitik Haushofer kemudian oleh Hitler dijadikan sebagai bagian perjuangan mewujudkan keunggulan ras Arya. Hal ini dapat dibaca dalam buku karangan Hitler, yang berjudul “Mein Kampf” (1926).
Buku ini menjadi kitab suci Partai Nazi yang dilatarbelakangi oleh teori Haushofer tersebut. Menurut Haushofer, agar bangsa Jerman bisa menjadi bangsa terkuat di dunia, maka ras Arya harus memurnikan dirinya dan menyingkirkan semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini. Dalam rangka memperkuat teorinya, Haushofer juga mengemukakan teori yang dibangun oleh Charles Dawin, sehingga Hitler menjadi semakin jatuh dalam pengaruhnya.
Melalui pengaruh pemikiran Haushofer, maka ketika Nazi berkuasa dilakukan pemurnian ras Arya secara besar-besaran. Semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini dikejar-kejar dan dihancurkan, secara khusus orang Yahudi yang memang banyak mendiami wilayah Jerman menjadi target utama.
Sejumlah pakar berkeyakinan bahwa Profesor Yahudi ini memiliki andil besar dalam kasus pengejaran dan pembunuhan orang-orang Yahudi yang dilakukan Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
Hitler pada awalnya begitu dekat dengan kaum Yahudi, namun tiba-tiba dalam waktu satu malam dia menjadi anti-Semit yang demikian kejam.
Diketahui bahwa Ayah Hitler yakni Alois merupakan “anak haram” dari hubungan gelap Nathan Meyer Rothschild dan Maria Schickelgruber pelayan di rumah Rothschild di Wina.
Keluarga Rothschild hanya boleh menikahi orang dalam keluarga besar mereka, sehingga mereka memiliki anak-anak haram yang berfungsi sebagai agen tanpa nama. Alois menikah kali ketiga dengan keponakannya Klara, yang menjadi ibu Hitler.
Bisa jadi, kebencian Hitler terhadap Yahudi atas dasar pengetahuannya tentang sepak terjang Yahudi dan demikian itu menjadi halangan bagi tujuan Hitler. Kita ketahui, bahwa keluarga Rothschild menjadi pilar utama gerakan Freemasonry (Illuminati) dalam aspek keuangan.
Selanjutnya, gagasan Dawin yang mengemukakan Teori Evolusi dalam bukunya “The Origin of Species” telah menjadi dasar bagi Teori Geopolitik yang diajarkan oleh Haushofer kepada Hitler.
Begitu terpengaruhnya Hiter telah menjadikan dirinya sebagai fasis. Pemikiran Haushofer yang notabene identik dengan pemikiran Darwin, menyatakan bahwa “manusia itu adalah hewan yang telah mengalami perkembangan dengan sempurna” dan “yang kuat bertahan hidup, yang lemah punah”.
Pandangan bahwa manusia harus berada dalam perjuangan terus-menerus untuk dapat bertahan hidup menjadikan suatu pemimpin negara berkarakter fasis juga dialami oleh Benito Mussolini dan Joseph Stalin.
Teori Evolusi Darwin memengaruhi pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels, yang pada gilirannya menjadi basis bagi Teori Evolusi Sejarah Manusia dalam pemahaman Komunisme.
Salah satu aspek dalam diri Darwin yang terpenting, namun tidak banyak diketahui adalah pandangan rasisnya. Darwin menganggap bahwa orang-orang kulit putih (Eropa) lebih maju dibandingkan ras-ras manusia lainnya.
Selain beranggapan bahwa manusia adalah makhluk mirip kera yang telah berevolusi, ia juga berpendapat bahwa beberapa ras manusia berkembang lebih maju dibandingkan ras-ras lain, dan ras-ras terbelakang ini masih memiliki sifat kera. Dalam bukunya “The Descent of Man” yang diterbitkannya setelah “The Origin of Species”, Darwin berkomentar tentang “perbedaan-perbedaan besar antara manusia dari beragam ras”.
Dalam bukunya tersebut, dikatakan juga bahwa orang-orang kulit hitam dan orang Aborigin Australia sama dengan gorila, dan ia berkesimpulan bahwa mereka lambat laun akan disingkirkan oleh ras-ras beradab.
Selanjutnya, ia berkata, pada masa mendatang tidak sampai berabad-abad lagi, ras-ras manusia beradab hampir dipastikan akan memusnahkan dan menggantikan ras-ras biadab di seluruh dunia. Pada saat yang sama, kera-kera antropomorfus (menyerupai manusia), tidak diragukan lagi akan musnah. Pendapat yang bertentangan dengan akal ini tidak hanya dijadikan teori, tetapi juga diposisikan sebagai dasar ilmiah paling penting bagi rasisme. Dengan asumsi bahwa makhluk hidup berevolusi ketika berjuang mempertahankan hidup.
Pendapat Darwin bahkan dimasukkan ke dalam ilmu-ilmu sosial, dan dijadikan sebuah konsep yang kemudian dinamakan “Darwinisme Sosial”.
Darwinisme Sosial berpendapat bahwa ras-ras manusia berada pada tingkatan berbeda-beda pada “tangga evolusi”, dan ras-ras Eropa adalah yang paling maju di antara semua ras, sedangkan ras-ras lain masih memiliki ciri-ciri kera.
Pemikiran Darwin tentang perjuangan untuk bertahan hidup bermuara pada pertarungan memperoleh geopolitik yang berarti tanah. Demikian itu menjadi motivasi Nazi Jerman untuk memulai Perang Dunia II. Dapat dikatakan bahwa ideologi utama Nazi didasarkan pada superioritas rasial, dan inti dari ideologi superioritas rasial itu adalah Darwinisme Sosial.
Kini, Geopolitik Haushofer dan Evolusi Darwin digunakan oleh Zionis dalam menguasai semua wilayah Palestina guna menguasai Timur Tengah. Bumi Syam yang menjadi target utama Zionis saat ini adalah Lebanon dan Suria.
Terlebih lagi Zionis mengetahui bahwa kelak menjelang akhir zaman, Nabi Isa AS akan turun ke bumi di Masjid al-Umawi (Menara Putih) Damaskus. Di bumi Syam kekuatan Islam akan dibentuk guna menghadapi Al-Malhamah Al-Kubro (Barat: Armageddon). Dipimpin oleh Imam Mahdi, yang merupakan keturunan Rasulullah SAW.
Jadi, kepercayaan terhadap ajaran Evolusi Darwin yang memengaruhi Hilter, diterapkan pula oleh Zionisme terhadap bangsa Palestina. Sama halnya dengan Hitler yang menganggap ras Arya sebagai superior atas Yahudi, demikian pula kaum Zionisme telah menempatkan Yahudi sebagai bangsa yang superior, sementara bangsa Palestina adalah inferior.
Dalam ajaran Zionisme, manusia di luar mereka adalah “goyim” dan itu tidak lebih sebagai binatang. Sebagai manusia yang unggul, maka akan menghancurkan yang lemah, dan ini sejalan dengan ajaran Darwin. Patut dicatat, bahwa ajaran Darwin itu sebenarnya berasal dan dibentuk dari kakeknya Erasmus Darmin. Kakek Darwin ini adalah seorang Yahudi paganisme dan merupakan tokoh Masonik.
Genosida yang dilakukan hingga saat ini terhadap rakyat Palestina adalah juga mengacu pada ajaran Haushofer. Dia itu berasal dari keluarga Yahudi Jerman. Hilter dalam bukunya, “Mein Kampf” membenarkan perang untuk mencapai ekspansionisme Jerman dengan menggunakan Lebensraum, sebagaimana menjadi pemikiran utama Haushofer.
Penguasaan atas ruang hidup baik oleh Hitler maupun Darwin memiliki kesamaan rasisme. Orang-orang yang secara ras lebih unggul memiliki kewajiban moral untuk menyita tanah orang-orang yang lebih rendah. Suatu bangsa yang lebih kuat memiliki hak untuk menguasai, walaupun dengan cara kekerasan demi untuk kelangsungan hidupnya.
Sama halnya dengan Friedrich Ratzel, ia memberikan pandangan bahwa konsep Lebensraum menyatakan tidaklah salah mengambil tanah orang yang lebih lemah. Tindakan tersebut selaras dengan “hukum alam” yang diajarkan evolusi Darwin.
Teori Geopolitik yang diperkenalkan oleh Haushofer sebangun dengan studi seleksi alam Darwinisme, dan keduanya selaras dengan ajaran Zionisme. Hal ini terdapat dalam kitab mereka (Talmud) dan Protocols of the Elders of Zion.
Patut dicatat bahwa tindakan holocaust oleh Nazi pada saat Perang Dunia II – yang didasarkan oleh ajaran Zionisme – ternyata bermata dua. Pada sisi pertama, digunakan untuk terjadinya imigrasi kaum Yahudi ke Palestina. Pada sisi kedua, digunakan agar terwujud emigrasi bangsa Palestina ke luar dari tanah airnya di Palestina. Terlebih lagi saat ini invasi militer Zionis semakin masif.
Jika, Hitler sang “diktator Jerman” dianggap sebagai orang paling jahat yang pernah hidup, namun kini Zionis Israel merupakan negara paling jahat terhadap kemanusiaan. Dulu, mereka menyuarakan holocaust yang ternyata digunakan dalam rangka imigrasi kaum Yahudi menempati tanah Palestina, sekarang mereka melakukan holocaust terhadap bangsa Palestina. Genosida itu dimaksudkan agar mereka dapat menguasai semua wilayah Palestina guna menguasai Bumi Syam.
Pasca Zionis mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina sebagai “Center of Gravity” di Timur Tengah, maka tahap selanjutnya adalah membentuk “Tatatan Dunia Baru” (Novus Ordo Seclarum).
Dalam kepentingan ini, Zionis menggandeng Amerika Serikat sebagai mitra strategisnya. Tatanan Dunia Baru itu merupakan agenda Illuminati sebagaimana dimaksudkan dalam Protokol Zionis. Konsep Novus Ordo Seclarum – yang terdapat dalam uang satu dolar AS – diambil dari pemikiran Adam Weishaupt.
Weishaupt merupakan tokoh utama pendiri Illuminati. Dia merupakan kelanjutan dari ordo Kabbala putih, yaitu salah satu ordo Kabbala yang lebih menekankan misi politik, di samping mengembangkan ajaran dalam menyembah Lucifer.
Illuminati itu sendiri adalah Freemasonry. Freemasonry berasal dari ajaran sesat Kabbala dan kemudian menjadi ajaran sesat Yahudi yang diwarisi dari era Firaun Mesir dan era Babilon Kuno.
Mereka merumuskan, misi Kabbala adalah menentukan arah peradaban manusia guna membentuk Novus Ordo Seclorum dan “Pemerintahan Satu Dunia” (E Pluribus Unum) di bawah kepemimpinan kaum Yahudi.
Penting dipahami, bahwa kaum Yahudi yang kini menempati tanah Palestina dengan keberhasilannya mendirikan negara Israel bukanlah mewakili kaum Yahudi keturunan Nabi Yakub AS. Mereka adalah Yahudi Ashkenazi, keturunan bangsa Khazar yang pernah eksis di Eurasia. Yahudi Ashkenazi itulah yang menjadi pemrakarsa gerakan Zionis internasional dan di kemudian hari memegang kekuasaan politik di negara Israel.
Yahudi pada dasarnya sangat berbeda dengan Zionis. Keduanya bertentangan dan tidak dapat dipertemukan. Jika seseorang adalah Yahudi yang baik, maka ia tidak dapat menjadi seorang Zionis. Sebaliknya, jika seseorang itu adalah Zionis, maka tentu ia tidak dapat menjadi Yahudi yang baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Zionis sejatinya adalah kaum pemberontak terhadap Allah SWT dan pengkhianatan terhadap umat Yahudi yang asli. Mereka sama sekali tidak mewakili ajaran Taurat. Zionis telah melakukan perubahan dengan berbagai penyimpangan, sebagaimana dalam kitab Talmud mereka.
Isi kandungan Talmud inilah sebagai sebuah ideologi untuk mengembangkan misi Zionis International. Mereka mengklaim bahwa Yahudi adalah bangsa pilihan dan Palestina adalah tanah yang dijanjikan. Padahal demikian itu tidak pernah ada disebutkan dalam Taurat, Zabur, injil dan al-Qur’an.
Terakhir penulis kutip pernyataan Henry Ford dalam bukunya “The International Jew” (1976) yang menyatakan, “Jika saya ditanya tentang asli tidaknya Protokolat Zionis, maka saya tidak akan mau masuk ke dalam perdebatan panjang itu. Satu-satunya hal yang ingin saya katakan berkenaan dengannya adalah, bahwa semua kejadian yang ada di dunia ini sejalan dengannya.” Penulis juga berpendapat demikian.
Dalam tulisan sebelumnya, penulis katakan bahwa fakta telah berbicara, konsepsi Protokol Zionis telah mewujud. Tinggal satu yang belum, yakni Perang Dunia III sebagai kelanjutan peperangan sebelumnya.
Pusat Pemikiran Al-Fatih
Kota Bogor, Ahad 27 Oktober 2024.
(ameera/arrahmah.id)