MADRID (Arrahmah.id) — Sorang politisi terkemuka dari partai Podemos menyeru agar Spanyol mengembargo Israel pasca terbukti membakar hidup-hidup seorang hafidz warga Palestina di kamp pengungsian. Ione Belarra kemudian memperlihatkan foto Sha’ban Al Dalou Sha’ban Al Dalou (19) dan ibunya yang tewas terbakar hidup-hidup di dalam tenda setelah serangan Israel.
Dilansir ABNA News (17/10/2024), Belarra juga membandingkan tindakan Israel dengan tindakan Nazi.
Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X (sebelumnya Twitter), ia bertanya, “Tuan Sánchez, apa bedanya antara apa yang dilakukan Israel dan kamar gas Nazi? Tidak ada.”
Pernyataan ini langsung mengaitkan tindakan Israel dengan kekejaman yang dilakukan oleh Nazi, khususnya mengingat metode pemusnahan massal yang terjadi selama Holocaust.
Belarra menyampaikan komentarnya di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina. Seperti sebelumnya, ia mengkritik kebijakan Barat, terutama kebijakan Israel terhadap Palestina. Dalam banyak kesempatan, ia menyerukan tindakan internasional terhadap Israel dan menyamakan situasi tersebut dengan genosida.
Perbandingan semacam ini telah menimbulkan kontroversi yang signifikan. Ini tidak hanya mencerminkan sikap Belarra tetapi juga memicu perdebatan tentang keabsahan membandingkan konflik politik saat ini dengan genosida di masa lalu, terutama yang berkaitan dengan peristiwa mengerikan seperti Holocaust.
Reaksi terhadap pernyataan Belarra menunjukkan betapa sensitifnya topik ini. Banyak orang berpendapat bahwa membandingkan kekejaman sejarah dengan konflik saat ini bisa mengaburkan fakta-fakta penting dan mengurangi dampak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu.
Pernyataan ini juga berkontribusi pada diskusi global tentang bagaimana kekejaman sejarah digunakan dalam retorika politik saat ini. Hal ini mengangkat pertanyaan tentang batasan dalam pernyataan politik, efektivitas perbandingan sejarah dalam aktivisme, dan bagaimana analogi semacam ini dapat mempengaruhi hubungan diplomatik, opini publik, dan konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah.
Sensitivitas seputar perbandingan sejarah dalam wacana politik modern menjadi semakin jelas, terutama ketika melibatkan peristiwa traumatis seperti Holocaust. Situasi ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas dalam hubungan internasional terkait isu-isu Israel dan Palestina. (hanoum/arrahmah.id)