JABALIA (Arrahmah.id) – Serangan udara ‘Israel’ di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 184 warga Palestina sejak Selasa lalu, 8 Oktober, menurut kantor Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. Pada Kamis saja (10/10), 54 warga Palestina syahid dalam beberapa serangan, menurut laporan harian Kementerian tersebut.
Pengepungan ‘Israel’ terhadap sebagian wilayah Gaza utara memasuki hari keenam pada Kamis (10/10), Beit Lahia dan Jabalia dalam pengepungan saat tentara ‘Israel’ melancarkan invasi militer ke daerah tersebut, yang menampung sekitar 200.000 orang.
Para analis menganggap operasi ‘Israel’ saat ini di Gaza utara sebagai langkah pertama dalam mengimplementasikan visi yang ditetapkan oleh pensiunan jenderal Israel Giora Eiland dalam sebuah artikel yang ia terbitkan pada bulan-bulan awal perang.
Artikel Eiland menerima dukungan dari beberapa pejabat militer dan jenderal ‘Israel’ pada awal September dan sejak saat itu disebut sebagai “Rencana Jenderal” di media. Rencana tersebut bertujuan untuk menutup Gaza utara dan membuatnya tidak dapat dihuni, memaksa ratusan ribu warga Palestina di dalamnya untuk melarikan diri ke selatan dan mengubah seluruh wilayah utara menjadi daerah militer yang tidak berpenghuni.
Karena usulan ini, Eiland secara khusus dimasukkan dalam kasus Afrika Selatan terhadap ‘Israel’ di Mahkamah Internasional, yang memutuskan bahwa ‘Israel’ secara masuk akal melakukan genosida di Gaza.
Pada September, Netanyahu dilaporkan memberi tahu anggota parlemen ‘Israel’ bahwa ia sedang mempertimbangkan “Rencana Jenderal”, dua pekan sebelum pasukan ‘Israel’ memulai invasi baru mereka ke Jabalia, yang mengakibatkan penutupan kamp pengungsian tersebut pekan lalu dan dimulainya pengepungan militer.
Pada pekan-pekan awal serangannya terhadap Gaza setelah 7 Oktober, ‘Israel’ memaksa sekitar satu juta warga Palestina meninggalkan rumah mereka di utara, memerintahkan mereka ke daerah padat penduduk di provinsi Deir al-Balah, Khan Yunis, dan Rafah, yang juga diserang dan terus dibombardir.
‘Israel’ terus menolak untuk memulangkan warga Palestina yang mengungsi ke wilayah utara, sebuah poin pertikaian utama dalam perundingan gencatan senjata yang terhenti, karena pasukan ‘Israel’ telah mendirikan zona militer di sepanjang wilayah selatan Kota Gaza, yang dikenal sebagai koridor Netzarim, yang secara efektif memisahkan wilayah utara jalur tersebut dari wilayah tengah dan wilayah selatan.
Saksi mata dari Jabalia yang berbicara kepada Mondoweiss awal pekan ini melaporkan tentara dan pesawat tak berawak penyerang quadcopter menembaki warga sipil yang membawa kain putih yang berupaya mengungsi, menggunakan penduduk Jabalia sebagai tameng manusia, dan melakukan pengeboman dan penembakan artileri tanpa pandang bulu.
Pertahanan Sipil Palestina melaporkan bahwa banyak jenazah masih tergeletak di jalan-jalan dan krunya tidak dapat menyelamatkan mereka karena tembakan ‘Israel’. Tentara ‘Israel’ memerintahkan penduduk di beberapa bagian Jabalia untuk mengungsi awal pekan ini, dan banyak yang telah meninggalkan rumah mereka. Perintah evakuasi juga mencakup rumah sakit Kamal Adwan, al-Awda, dan Indonesia.
‘Israel’ memulai invasi darat ke Jabalia pekan lalu, invasi besar ketiga sejak 7 Oktober tahun lalu, sembari memperketat pengepungan di Jalur Gaza utara. (zarahamala/arrahmah.id)