LABOUNEH (Arrahmah.id) – Hizbullah Lebanon mengatakan mereka mengebom pasukan ‘Israel’ yang maju menuju wilayah perbatasan Labouneh, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan memaksanya mundur.
Pernyataan itu menyusul klaim Menteri Energi ‘Israel’ Eli Cohen bahwa tentara ‘Israel’ menduduki daerah Maroun al-Ras dan menghancurkan rumah-rumah yang diduga menjadi sasaran tembakan roket Hizbullah ke ‘Israel’.
Pada Selasa (8/10/2024), Israel Broadcasting Corporation menerbitkan rekaman video yang menunjukkan tentara ‘Israel’ mengibarkan bendera ‘Israel’ di tempat yang disebutnya sebagai kota Maroun al-Ras di Lebanon selatan.
Namun, Hizbullah mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa para prajuritnya melihat pasukan ‘Israel’ yang menyusup dari belakang posisi pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL), yang memaksa mereka mundur ke belakang daerah perbatasan.
Hizbullah telah memerintahkan para prajuritnya untuk tidak menyerang pasukan ‘Israel’ yang mendirikan pangkalan operasi terdepan di belakang pasukan UNIFIL di dekat desa perbatasan Lebanon, yang secara efektif menggunakan mereka sebagai perisai manusia.
“Musuh ‘Israel’ berupaya menggunakan pasukan UNIFIL sebagai tameng manusia untuk menutupi kegagalannya maju ke desa tersebut, terutama setelah upaya berulang kali namun tidak berhasil maju ke Maroun al-Ras dan hilangnya puluhan prajuritnya, baik yang tewas maupun yang terluka,” demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh Hizbullah pada Senin (7/10).
“Ruang operasi Perlawanan Islam memerintahkan para pejuang untuk menahan diri dan tidak terlibat dengan gerakan tersebut demi melindungi nyawa tentara internasional,” tambah pernyataan itu.
Sehari sebelumnya, UNIFIL telah memperingatkan bahwa operasi ‘Israel’ di dekat posisi mereka di Maroun al-Ras merupakan “perkembangan yang sangat berbahaya.”
“Tidak dapat diterima jika keselamatan pasukan penjaga perdamaian PBB yang sedang melaksanakan tugas yang diamanatkan Dewan Keamanan dikompromikan,” demikian pernyataan UNIFIL seraya mengingatkan semua pihak yang bertikai akan kewajiban mereka untuk melindungi personel dan properti PBB.
Pada Sabtu (5/10), UNIFIL mengatakan pasukannya tetap berada di semua posisi dekat perbatasan meskipun ada permintaan ‘Israel’ untuk “pindah lokasi.” (zarahamala/arrahmah.id)