TEL AVIV (Arrahmah.id) – Seorang kru TRT Haber diserang di Tel Aviv pada Rabu (2/10/2024) saat meliput akibat serangan rudal Iran di kota itu pada Selasa malam (1/10).
Rekaman insiden tersebut menunjukkan seorang pengendara sepeda ‘Israel’ melecehkan koresponden TV itu saat sedang bekerja dan menuduhnya sebagai mata-mata Hamas dan Hizbullah.
“Anda mata-mata. Anda mata-mata Hamas dan Hizbullah,” pria ‘Israel’ itu terus berkata kepada reporter TV.
Reporter itu tak henti-hentinya berusaha meyakinkan pria ‘Israel’ itu bahwa ia bekerja untuk sebuah kantor berita yang terakreditasi dan bahwa ia hanya berusaha melakukan pekerjaannya sesuai dengan hukum dan tidak mengambil rekaman dari area militer atau area lain yang melarang pengambilan gambar, tetapi pria itu menolak untuk mendengarkan alasan.
“Anda menyebarkan kebohongan, saya melihat Anda,” kata pengendara sepeda ‘Israel’ itu kepada wartawan sambil memintanya untuk kembali ke Turki.
Reporter TV itu dengan putus asa meminta pria itu pergi sehingga ia bisa melanjutkan pekerjaannya, tetapi pria ‘Israel’ itu malah menghujaninya dengan kutukan.
An Israeli man harassed a TRT reporter and cameraman broadcasting live in Tel Aviv on October 2, pressuring him to cut off the broadcast pic.twitter.com/Tl6wQc6wqQ
— TRT World (@trtworld) October 2, 2024
Bukan yang Pertama
Menurut saluran TV tersebut, ini bukan pertama kalinya seorang jurnalis TRT diserang oleh orang ‘Israel’.
TRT mengatakan bahwa otoritas pendudukan ‘Israel’ “sebelumnya dengan sengaja menghalangi pekerjaan koresponden jaringan TRT, termasuk (TRT Arab), selama pekerjaan mereka di wilayah perbatasan Gaza dan di dalam Garis Hijau, dan mengancam beberapa dari mereka dengan kematian.”
Kementerian Luar Negeri Turki mengecam serangan ‘Israel’ pada Agustus terhadap Mohammad al-Zeineen, seorang juru kamera TRT Arab yang mengalami cedera mata ketika tentara pendudukan ‘Israel ‘menembaki mobil di dekat tenda jurnalis di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis.
Penargetan Sistematis
‘Israel’ telah menargetkan sejumlah media sejak dimulainya genosida di Gaza pada 8 Oktober, pelarangan Al-Jazeera di ‘Israel’ pada Mei diikuti dengan penutupan biro Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada September adalah contoh lainnya.
Jurnalis Palestina di Jalur Gaza secara sistematis menjadi sasaran tentara pendudukan ‘Israel’ selama perang yang berkecamuk.
Sejak dimulainya perang genosida ‘Israel’ terhadap Jalur Gaza, total 173 jurnalis Palestina telah terbunuh, dan lebih dari 190 lainnya terluka, sementara 87 lembaga media telah dihancurkan, menurut Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza.
Hal ini menuai kecaman luas dari berbagai organisasi internasional yang meminta perlindungan bagi jurnalis Palestina. (zarahamala/arrahmah.id)