BEIRUT (Arrahmah.id) — Pasukan Israel dilaporkan telah melancarkan operasi darat terbatas yang menargetkan infrastruktur kelompok Syiah Hizbullah di Lebanon selatan. Hal itu diungkapkan oleh sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS).
“Ini adalah operasi terbatas yang menargetkan infrastruktur Hizbullah di dekat perbatasan,” ungkap juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, dilansir The Guardian (1/10/2024).
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon kian memanas dengan serangan artileri berat yang menghantam wilayah utara Kiryat Shmona, daerah yang pernah menjadi medan pertempuran selama perang 2006. Serangan udara juga terjadi di Beirut dan setidaknya di 10 lokasi lain di wilayah selatan Lebanon, menurut laporan kantor berita Lebanon.
Operasi lintas batas ini menyusul serangan udara sebelumnya, termasuk serangan di pusat Beirut untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun. Menteri
Pertahanan Israel Yoav Gallant juga mengumumkan bahwa fase berikutnya dari perang melawan Hizbullah akan segera dimulai.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Iran bahwa Israel memiliki kemampuan untuk menyerang di mana saja di kawasan.
“Tidak ada tempat di Timur Tengah yang tidak dapat dijangkau Israel,” ujarnya dalam sebuah video yang ditujukan kepada rakyat Iran. Gallant juga menegaskan kepada pasukan di Israel utara bahwa “kami akan menggunakan semua kemampuan kami, termasuk kalian.”
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa dirinya menyadari rencana Israel untuk melancarkan operasi ke Lebanon dan mendesak agar tindakan tersebut dihentikan.
“Saya lebih sadar dari yang mungkin Anda ketahui, dan saya nyaman dengan mereka berhenti,” ujarnya di Gedung Putih. Biden juga menggarisbawahi pentingnya gencatan senjata segera.
Di Lebanon selatan, kota-kota seperti Marjayoun, Wazzani, dan Khiam mengalami pengeboman hebat. Salah satu penduduk Marjayoun menceritakan bahwa seorang pejabat setempat menerima panggilan telepon yang memerintahkan warga untuk mengungsi, tetapi pengeboman dimulai sebelum mereka dapat meninggalkan kota.
“Mereka menelepon Mukhtar Marjayoun dan memberi tahu kami bahwa kami perlu mengungsi. Tapi kami tidak bisa bergerak, jalanan penuh dengan pengeboman dan serangan udara,” katanya.
Dalam perkembangan lain, pasukan Hizbullah berjanji akan terus bertempur meski pemimpin lama mereka, Hassan Nasrallah, telah tewas akibat serangan udara Israel. Pemimpin sementara Hizbullah, Naim Qassem, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi menyatakan bahwa jika Israel meluncurkan serangan darat, Hizbullah siap untuk menghadapi.
“Apa yang kami lakukan adalah minimal… Kami tahu bahwa pertempuran ini mungkin panjang,” ujarnya. “Kami akan menang, seperti yang kami lakukan pada pembebasan 2006.”
Di tengah kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut, komentar dari beberapa diplomat Barat menunjukkan bahwa serangan darat besar-besaran Israel di Lebanon mungkin “segera terjadi.”
Sejumlah komentator di Israel sendiri memperingatkan bahwa pengalaman masa lalu menunjukkan Israel sering kali mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan strategis di Lebanon, dengan beberapa serangan sebelumnya gagal mencapai hasil yang diinginkan.
Selain itu, beberapa pejabat militer Israel yang terlibat dalam pengambilan keputusan selama masa perang mengutip doa Yahudi untuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan menyebut Lebanon, menandakan intensitas operasi militer yang sedang berlangsung.
Namun, beberapa laporan juga menyebut bahwa pejabat pertahanan Israel telah dipersuasi oleh AS untuk tidak meluncurkan operasi yang lebih besar, melainkan lebih fokus membersihkan area-area dekat perbatasan.
Adapun serangan udara Israel menghantam sebuah apartemen di pusat Beirut pada Senin pagi, menewaskan tiga anggota Front Populer untuk Pembebasan Palestina, menandai serangan pertama ke jantung ibu kota Lebanon sejak perang 2006.
Kelompok Hamas mengonfirmasi bahwa salah satu pemimpinnya di Lebanon tewas dalam serangan tersebut. Fatah Sharif Abu al-Amine, anggota kepemimpinan Hamas di luar negeri, tewas dalam serangan udara di kamp pengungsi Al-Bass di Lebanon selatan.
Israel sebelumnya hanya menargetkan serangan ke pinggiran selatan Beirut yang dikenal sebagai basis Hizbullah, tetapi serangan terbaru ini menunjukkan perluasan operasi udara Israel di wilayah tersebut.
Sementara itu, serangan udara Israel Minggu malam menghantam pelabuhan di Yaman yang dikuasai kelompok milisi Houthi, yang didukung oleh Iran. Hal ini meningkatkan ketegangan regional di beberapa front dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di kawasan. (hanoum/arrahmah.id)