GAZA (Arrahmah.id) — Seorang jurnalis asal Palestina, Abdel Mohsen Shalalda menceritakan pengalamannya disiksa selama 36 jam tanpa henti oleh tentara Israel. Bahkan kepalanya dijadikan asbak oleh tentara Israel.
“Hal terburuk adalah tentara Israel mematikan rokok mereka di kepala saya. Saya merasakan sakit yang luar biasa, dan setiap kali saya berteriak, mereka akan memukul saya lagi,” katanya, dikutip dari Palestine Chronicle (28/8/2024).
Setelah Abdel mengalami kelelahan dahsyat akibat beratnya penyiksaan selama berjam-jam. Bahkan, tulang rusuknya patah dan ia tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.
“Saya dalam kondisi yang menyedihkan, kelelahan dan lapar tanpa makanan, dan ketika saya meminta pemeriksaan medis, mereka menyerang saya lagi,” ucapnya.
Meskipun saat itu musim dingin, tentara Israel justru malah menyita selimut dan pakaian hangatnya dan juga para tahanan lain.
Tentara memaksanya mengenakan seragam tipis sambil kemudian terus menyiksanya.
“Interogasi itu semata-mata terkait pekerjaan jurnalistik saya dan ketika saya menjawab bahwa ini adalah pencari nafkah saya, interogator menuduh saya berafiliasi dengan Hamas dan bahwa saya memotret pawai antiperang untuk Gaza untuk tujuan non-jurnalistik,” ungkap Shalalda.
Penahanan Shalalda bukanlah yang pertama karena dia telah ditangkap tiga kali sebelumnya dan diserang beberapa kali saat melakukan pekerjaannya.
“Begitu saya dibebaskan, saya mengetahui bahwa istri saya telah melahirkan anak kami.”
“Saya tidak dapat menghubungi keluarga saya atau mengetahui apa pun tentang mereka. Kami tidur dalam keadaan lapar di tengah cuaca yang sangat dingin,” jelas jurnalis muda itu.
Menurut Palestine Chronicle, Abdel ditahan tentara Israel selama enam bulan. Meski masa penahanannya terbilang sangat singkat, namun Abdel Mohsen Shalalda mengalami trauma yang mendalam akibat penyiksaan yang dilakukan oleh tentara Israel. Sebab delama ditahan, dia mengalami mendapatkan pemukulan juga di dada, kepala, dan punggung. (hanoum/arrahmah.id)