GAZA (Arrahmah.id) — Fotografer Palestina, Motaz Azaiza, dinominasikan untuk menerima penghargaan Nobel Perdamaian 2024, atas kontribusinya mewartakan kekejaman yang dialami rakyat Palestina di Gaza.
“Saya telah dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian 2024, atas kontribusi untuk memberikan pandangan kepada dunia tentang kekejaman di Gaza,” tulis Azaiza dalam cuitannya di X.
Dalam cuitan tersebut, dia juga menyuarakan agar perdamaian segera tercipta di tanah Palestina.
“Doakan saya beruntung dan saya berharap saudara-saudara saya mendapatkan perdamaian sekarang,” ujarnya.
Dilansir CNN (24/8/2024), Motaz Azaiza merupakan seorang fotografer Palestina yang mempertaruhkan nyawanya selama 108 hari di Gaza, untuk menceritakan agresi brutal Israel kepada dunia.
Dia dipuji oleh banyak orang di seluruh dunia sebagai “mata dan telinga” di Gaza, karena menangkap gambaran mentah tentang kengerian agresi tersebut.
Beberapa kali dalam sehari, Azaiza menyaksikan langsung bagaimana warga sipil menggali korban yang berlumuran darah dari reruntuhan bangunan, dengan tangan kosong.
Selain Motaz Azaiza, tiga warga negara Palestina lainnya juga dinominasikan untuk menerima penghargaan tersebut. Mereka di antaranya Wael Al-Dahdouh, Hind Khoudary, dan Bisan Owda.
Pada Desember 2023 lalu, dia terluka akibat serangan drone Israel. Dalam serangan itu, seorang juru kamera Al Jazeera Arabic, Samer Abudaqa, tewas terbunuh.
Selama kebrutalan Israel di Gaza, Dahdouh telah kehilangan istrinya Amnda, putranya Mahmoud, putrinya Sham, dan cucunya bernama Adam akibat serangan di kamp pengungsi Nuseirat.
Awal Januari lalu, putra tertuanya Hamza yang juga seorang jurnalis Al Jazeera, tewas oleh serangan rudal Israel di Khan Younis, Gaza selatan.
Peraih Nobel lainnya, Hind Khouadry adalah seorang jurnalis Palestina dari Gaza, yang juga memperoleh pengakuan luas atas karyawanya mendokumentasikan kehidupan di bawah pengepungan dan perang di Gaza.
Selama agresi, Khoudary terus menyoroti kehidupan dan kesengsaraan warga Palestina di Gaza akibat genosida Israel.
Sementara itu Bisan Owda, yang juga masuk nominasi peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2024, adalah sineas Palestina berusia 24 tahun.
Berbekal kamera dan semangatnya, penggambaran Owda tentang kehidupan di Gaza juga menarik perhatian internasional.
Bisan Owda, yang juga dipanggil “Hakawatia (Sang Pendongeng), dikenal karena narasi sejarahnya untuk melukiskan gambaran suram dan pahitnya kehidupan di bawah pemboman Israel di Gaza. (hanoum/arrahmah.id)