TEPI BARAT (Arrahmah.id) – Pada Rabu (21/8/2024), Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) – menyiarkan adegan operasi penembakan yang dilakukan oleh para pejuangnya di Lembah Jordan utara di Tepi Barat yang diduduki 10 hari lalu.
Al-Qassam menjelaskan bahwa operasi tersebut dimulai pada 11 Agustus, dan terjadi di dekat pemukiman “Mehola” di Lembah Yordan bagian utara, dan mengakibatkan tewasnya seorang tentara ‘Israel’.
Adegan tersebut menunjukkan proses perencanaan operasi yang tepat, jumlah pelaku, dan sasarannya (pemukim dan tentara), setelah proses pemantauan selesai dan diketahui pergantian shift penjaga.
Pagi harinya, para pejuang Al-Qassam berangkat untuk melakukan operasi tersebut. Kendaraan yang membawa mereka berhenti di depan mobil tentara ‘Israel’, dan kemudian mereka melepaskan serangkaian tembakan langsung ke arahnya, sebelum mereka mundur dengan selamat.
Pada tanggal tersebut, Al-Qassam mengaku bertanggung jawab atas operasi penembakan tersebut, dan mengatakan bahwa para pejuangnya di Tepi Barat mampu melakukan operasi penembakan dari jarak nol, “menargetkan kendaraan tentara Zionis Yonatan Deutsch (23)… dan langsung membunuhnya.”
🚨🟢 Martyr Izz El-Din Al-Qassam Brigades:
—
The shooting operation carried out by Al-Qassam fighters on 08-11-2024 near the "Mehola" settlement in the northern Jordan Valley, which resulted in the immediate death of a zi0ni5t soldier.
—
Notes:
00:15 – "We come now to the… pic.twitter.com/PyGe1HHn2T— The Resistance (@TopGResistance) August 21, 2024
Al-Qassam menekankan bahwa operasi tersebut dilakukan “sebagai pembalasan atas darah para syuhada dan sebagai respon terhadap pembantaian dini hari di Sekolah Al-Taba’in di Gaza dan pembantaian pendudukan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.”
Al-Qassam menegaskan bahwa para pejuangnya di Tepi Barat “akan terus menarik pelatuk dan akan mengejar penjajah di setiap persimpangan dan gang.”
Juru bicara Brigade Al-Qassam Abu Ubaida mengatakan pada 7 Juli bahwa “mimpi buruk pergerakan di Tepi Barat, Yerusalem dan wilayah-wilayah pendudukan pada tahun 1948 pasti akan datang,” dan menekankan bahwa “eskalasi perlawanan yang sedang berlangsung di Tepi Barat adalah respon dan pilihan rakyat kita dalam menghadapi genosida sistematis.”
Dalam beberapa bulan terakhir, operasi perlawanan di Tepi Barat meningkat, setelah tentara pendudukan meningkatkan frekuensi serangannya ke berbagai kota dan melakukan pembunuhan terhadap pejuang perlawanan dari semua faksi melalui pasukan khusus atau pengeboman dengan pesawat tempur atau drone. (zarahamala/arrahmah.id)