NEW DELHI (Arrahmah.id) — Lebih dari satu juta dokter di India meninggalkan rumah sakit dan klinik untuk melakukan demonstrasi besar, Sabtu waktu setempat. Para dokter menolak melayani pasien, kecuali dalam keadaan darurat. Alhasil layanan kesehatan di negara dengan populasi terbesar di dunia itu lumpuh selama 24 jam.
Aksi demonstrasi itu dilakukan para dokter sebagai bentuk protes atas pembunuhan dan pemerkosaan yang menimpa seorang dokter magang berusia 31 tahun di Kolkata.
Di luar RG Kar Medical College, tempat kejahatan itu terjadi, kehadiran banyak polisi terlihat pada hari Sabtu sementara gedung rumah sakit kosong, mengutip CNBC (18/8/2024).
Ketua Menteri Benggala Barat termasuk Kolkata, Mamata Banerjee mendukung protes di seluruh negara bagian tersebut, menuntut penyelidikan dipercepat dan pelakunya dihukum seberat-beratnya.
Sandip Saha, seorang dokter anak swasta di kota tersebut, mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak akan merawat pasien kecuali dalam keadaan darurat.
Rumah sakit dan klinik di Lucknow di Uttar Pradesh, Ahmedabad di Gujarat, Guwahati di Assam dan Chennai di Tamil Nadu serta kota-kota lain ikut serta dalam pemogokan, yang merupakan salah satu penutupan layanan rumah sakit terbesar dalam sejarah.
Di negara bagian Odisha, para pasien mengantre dan para dokter senior berusaha mengatasi kesibukan tersebut.
“Dokter yang bertugas di sana melakukan mogok kerja penuh. Oleh karena itu, tekanan semakin besar terhadap seluruh dosen, termasuk para dokter senior, “kata Prabhas Ranjan Tripathy, pengawas medis tambahan di All India Institute of Medical Sciences di kota Bhubaneswar.
Adapun sejumlah pasien tidak menyadari bahwa gejolak yang terjadi tidak akan memungkinkan mereka mendapatkan layanan medis.
“Saya telah menghabiskan 500 rupee ($6) untuk perjalanan datang ke sini. Saya mengalami kelumpuhan dan sensasi terbakar di kaki, kepala, dan bagian tubuh lainnya,” kata seorang pasien yang tidak disebutkan namanya di Rumah Sakit SCB Medical College di kota Cuttack di Odisha kepada televisi lokal.
Terpisah, Raghunath Sahu (45) yang mengantre di rumah sakit di Cuttack mengatakan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan layanan kesehatan.
“Saya telah membawa nenek saya yang sakit. Mereka tidak melihatnya hari ini. Saya harus menunggu satu hari lagi dan mencoba lagi,” kata Sahu sambil menjauh dari antrean.
Sementara itu, Biro Investigasi Pusat India, lembaga yang menyelidiki pemerkosaan dan pembunuhan tersebut, telah memanggil sejumlah mahasiswa kedokteran dari perguruan tinggi RG Kar untuk memastikan penyebab kejahatan tersebut, menurut sumber polisi di Kolkata. CBI juga menanyai kepala rumah sakit pada hari Jumat, kata sumber itu.(hanoum/arrahmah.id)