TEHERAN (Arrahmah.id) – Khaled Qaddoumi, perwakilan Hamas di Iran, telah mengungkapkan rincian baru tentang pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas, dan ajudannya Wasim Abu Shaban, yang terjadi di Teheran Rabu pagi (31/7/2024).
Dalam wawancara dengan Al-Araby Al-Jadeed pada Jumat (2/8), Qaddoumi membantah klaim New York Times bahwa pembunuhan itu dilakukan dengan menggunakan bom yang ditanam di kediaman Haniyeh, dan menyebut laporan tersebut menyesatkan.
Qaddoumi menyatakan bahwa Haniyeh tiba di Iran Selasa pagi (30/7), memimpin delegasi yang meliputi pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya, Mohammad Nasser, dan Zaher Jabarin, selain Qaddoumi sendiri. Delegasi tersebut menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian di parlemen Iran pada hari yang sama.
Setelah upacara tersebut, delegasi mengunjungi pameran “Tanah Peradaban” di Menara Milad di Teheran, tempat Haniyeh tergerak oleh model Kubah Batu dan drama tentang seorang gadis Palestina yang kehilangan keluarganya. Haniyeh juga berpartisipasi dalam jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Presiden Pezeshkian sebelum kembali ke kediamannya yang dikenal publik.
Qaddoumi menjelaskan bahwa kediaman tersebut bukan rahasia dan sudah diketahui banyak orang, menepis rumor tentang bagaimana lokasi tersebut ditemukan. Ia menekankan bahwa Haniyeh sedang dalam kunjungan resmi dan aktivitasnya bersifat publik.
Setelah kembali ke kediaman larut malam, Haniyeh berdoa dan membahas kejadian hari itu, termasuk belasungkawa atas pembunuhan pemimpin militer Fouad Shukr. Haniyeh kemudian masuk ke kamarnya, sementara ajudannya Abu Shaban berjaga di luar.
Pada pukul 01.37 dini hari, sebuah ledakan mengguncang gedung tersebut. Qaddoumi menceritakan bahwa ia melihat asap tebal dan kemudian mengetahui bahwa Haniyeh telah terbunuh. Ia yakin serangan itu dilakukan oleh proyektil udara, mungkin rudal atau peluru, yang menyebabkan kerusakan signifikan pada gedung tersebut.
Qaddoumi membantah laporan New York Times dan laporan media ‘Israel’ serupa bahwa bom yang diselundupkan sebelumnya telah ditanam di bawah tempat tidur Haniyeh. Ia juga membantah klaim juru bicara militer ‘Israel’ Daniel Hagari bahwa tidak ada serangan udara ‘Israel’ lain malam itu selain yang menargetkan Shukr di Beirut.
Ia menegaskan bahwa narasi-narasi ini bertujuan untuk membebaskan ‘Israel’ dari tanggung jawab langsung dan mengurangi dampak kejahatan tersebut. Qaddoumi menuduh ‘Israel’ merencanakan dan melaksanakan pembunuhan tersebut dengan persetujuan Amerika, dengan melibatkan kunjungan Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu baru-baru ini ke Washington.
Qaddoumi menekankan bahwa kesyahidan Haniyeh merupakan bagian dari konflik yang lebih luas di Gaza, di mana 70% dari 40.000 korban adalah wanita dan anak-anak. Ia bersumpah bahwa darah Haniyeh akan memicu perlawanan berkelanjutan terhadap pendudukan ‘Israel’ dan mengarah pada pembebasan Palestina dari sungai hingga laut. (zarahamala/arrahmah.id)