WASIT (Arrahmah.id) — Lima pemuda bunuh diri dalam ritual yang meresahkan di Provinsi Wasit, Irak bulan lalu. Rentetan serupa terjadi di Irak dan Lebanon awal tahun lalu. Laporan Dinas Keamanan Nasional Irak mengonfirmasi tren meresahkan tersebut, yang oleh pakar merupakan Gerakan Kiamat, yang melibatkan upacara rahasia para remaja yang berakhir dengan pengorbanan manusia.
“Ini bukan adegan dari film Hollywood,” kata analis lembaga think-tank Atlantic Council, Sarah Zaaimi, dikutip dari Atlantic Council (20/7/2024).
Sebaliknya, ini adalah “fenomena mengkhawatirkan” yang terkait dengan sekte Hari Kiamat yang disebut Jamaat al Qurban.
Apa yang terjadi di Irak itu hanyalah salah satu contoh meningkatnya daya tarik internasional mengenai malapetaka dan kesuraman yang terjadi di berbagai kelompok agama, politik, dan geografis.
“Penting untuk dicatat bahwa fenomena ini adalah bagian dari kebangkitan mesianis yang lebih besar di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) dalam dua dekade terakhir,” kata Zaaimi.
“Kasus-kasus yang memproklamirkan diri sebagai nabi akhir zaman muncul setiap hari di media sosial,” ujarnya, yang menggarisbawahi peran media sosial dalam munculnya gerakan “kiamat” yang mencengkeram kaum muda di Timur Tengah.
Ada juga gerakan evangelis Yahudi Haredi dan Kristen yang menganut gagasan “akhir zaman”, sebagian besar disebabkan oleh perang Gaza yang sedang berlangsung dan ancaman perang tersebut akan meluas ke wilayah Timur Tengah yang lebih luas.
“Di wilayah di mana batasan antara alam dan supernatural masih kabur, sangatlah mengkhawatirkan…menyaksikan demam kiamat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tingginya konsentrasi kelompok mesianis—mungkin yang paling penting sejak Nabi Muhammad dan Yesus dari Nazareth,” ujar Zaaimi memperingatkan.
Kelompok lainnya, kali ini berbasis di London, mendesak pengikut media sosial untuk menyumbangkan uang untuk pembelian tiga pulau pribadi.
Di sana, kata Syekh Yasser al Habib, jemaat Syiah Dua Belas-nya akan menjalani kehidupan spiritual yang ketat sebagai persiapan untuk kembalinya mesias mereka.
Syekh Yasser al Habib menggunakan media sosial untuk mengumpulkan dana guna membeli beberapa pulau agar dia dapat mempersiapkan pengikutnya menghadapi akhir zaman.
Sebuah kelompok, yang dipimpin oleh seorang pengkhotbah yang mengenakan beanie di Inggris, menyampaikan pesan yang sangat berbeda.
Zaaimi menggambarkannya sebagai “Agama Damai dan Cahaya Ahmadi”.
”Sebuah percampuran iman sinkretis (gabungan), kepercayaan New Age, reinkarnasi jiwa, dewa-dewa Mesir kuno, dan alien luar angkasa,” katanya.
Mereka telah mengubah sebuah panti asuhan tua di Manchester menjadi sebuah kuil tempat mereka memberitakan kehancuran Arab Saudi, Mesir dan Yordania.
“Ini hanyalah puncak gunung es,” kata Zaaimi.
“Insiden-insiden aneh ini—bersama dengan berkembangnya puluhan sekte kiamat lainnya yang dipimpin oleh orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan tokoh-tokoh yang memiliki kompleks Mesias—harus dipahami sebagai fenomena sosial.”
Apa yang baru adalah daya tarik dan jangkauan yang diperoleh dari gambaran yang menggugah tersebut.
“Sensasi internet dan media lainnya yang patut diikuti adalah sapi dara merah Texas yang dikaitkan dalam kitab suci dengan pembangunan Bait Suci Ketiga di Yerusalem dan kedatangan Mesias Yahudi,” imbuh Zaaimi.
Tradisi Yahudi menyatakan bahwa kelahiran sapi betina merah yang sempurna akan memicu rangkaian peristiwa yang dinubuatkan yang mengarah pada penghancuran Masjid al-Aqsa dan Dome of the Rock (Kubah Batu) di Bukit Bait Suci Yerusalem—dan pembangunan Kuil Yahudi yang baru.
Meskipun kepercayaan terhadap hari kiamat sangat banyak dan beragam, Zaaimi mengatakan bahwa akar permasalahannya serupa: “Keyakinan tersebut merupakan gejala dari kelesuan sosial dan ekonomi yang mendalam.”
“Dan merupakan suatu bentuk perlawanan dari masyarakat yang frustrasi terhadap struktur politik dan teologis tirani yang ada,” katanya. (hanoum/arrahmah.id)