JAKARTA (Arrahmah.id) – Ekonom senior Faisal Basri konsisten menyebut Kereta Cepat whoosh adalah proyek rugi. Hati-hati, pengelolanya bisa kena apesnya. Termasuk PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI) diprediksi bangkrut dalam 5 tahun.
Faisal yang juga salah satu pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) ini, membeberkan potensi besar KAI gulung tikar dalam 5 tahun.
Karena, KAI adalah pemegang saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengelola Kereta Whoosh, lewat PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Di PSBI, andil KAI sebesar 25 persen. Ketika Kereta Whoosh untung, berkah bagi KAI. Begitu pula sebaliknya.
Faisal mengatakan penghasilan dari operasional Kereta Whoosh tidak mencukupi untuk membayar utang pembangunannya. Alhasil, PT PSBI yang merupakan konsorsium 4 BUMN yakni KAI, Wijaya Karya (Wika), PTPN VIII dan Jasa Marga, yang harus menanggung utang itu.
Benar juga. Pada 2023, keuangan Wika langsung merah. BUMN karya ini harus menanggung tekor hingga Rp12 triliun. Semua gara-gara itu tadi, proyek Kereta Whoosh yang menjadi kebanggaan Presiden Jokowi.
“WIKA saja sudah teriak, KAI enggak bakalan sanggup. Maksimal lima tahun dia (KAI) nyerah. Nah, kalau lima tahun begini terus. Kalau enggak bisa diselesaikan, KAI yang bangkrut. Makanya harus diambil alih sama negara secara keseluruhan,” tutur Faisal, Jakarta, dikutip Rabu (17/7/2024).
Ujung-ujungnya, lanjut Faisal, Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kena pulutnya. Karena harus menyediakan dana jumbo untuk suntik BUMN yang merugi karena Kereta Whoos, lewat program Penyertaan Modal Negara (PMN).
“Jadi, nanti setiap tahun ada uang (dari) APBN untuk suntik kerugian dari kereta cepat. Itu hitung-hitungan saya jelas. Asumsinya kasar, occupancy rate 100 persen, gitu-gitu. Itu pun sudah ratusan (tahun) enggak (akan) balik modal. Karena ngaco proyeknya,” imbuhnya.
Faisal mengkhawatirkan, penderitaan BUMN karena penugasan yang serampangan seperti halnya Kereta Whoosh dan proyek jalan tol, semakin meluas.
“Sejak awal saya kritisi proyek-proyek ambisius Presiden Jokowi. Untuk meredam malapetaka Whoosh sebaiknya rutenya diperpanjang jadi Jakarta-Surabaya,” ungkapnya.
Tak lupa, Faisal menyoroti sakitnya sejumlah BUMN sektor farmasi. Biang keroknya sama, diberikan penugasan yang di luar kapasitas. Alhasil, BUMN itu harus mencari dana cepat namun mahal, yakni utang.
“Lihat itu sekarang, (BUMN) farma-farma juga sama. Semua (BUMN) karya sudah sakit. Karena itu tadi, dibebani tugas yang melampaui kemampuan. Mana proyeknya enggak transpran, tak ada perencanaan yang matang,” ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama (Dirut) Wika, Agung Budi Waskito menjelaskan kondisi keuangan perseroan yang sangat terganggu karena harus menghadapi beban bunga tinggi pembangunan Kereta Whoosh.
Di mana sumber kerugian WIKA muncul lewat PSBI sebagai pemilik saham mayoritas 60 persen di KCIC. Sedangkan andil WIKA di PSBI sebesar 38 persen.
“Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp6,1 triliun. Kemudian, yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun. Sehingga hampir Rp12 triliun,” terang Agung.
Beban WIKA yang membengkak terdiri dari tanggungan keuangan yang meningkat 133,70 persen sebesar Rp3,20 triliun pada 2023. Ada juga beban lain-lain yang naik 310,16 persen menjadi Rp5,40 triliun.
(ameera/arrahmah.id)