TEL AVIV (Arrahmah.id) – Militer “Israel” telah mengakui bahwa mereka tidak melindungi komunitas Kibbutz Be’eri selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, dalam penyelidikan pertama mereka atas kegagalan keamanannya sendiri pada hari terjadinya serangan tersebut.
Lebih dari 100 orang tewas dalam serangan di Be’eri, sebuah komunitas yang berpenduduk sekitar 1.000 orang, dan 32 orang dibawa sebagai tawanan ke Gaza, 11 orang di antaranya masih ditahan di sana.
Pihak militer mengatakan pada Kamis (11/7/2024) bahwa penyelidikan tersebut telah memeriksa rangkaian kejadian, pertempuran dan perilaku pasukan keamanan pada hari itu, lansir Al Jazeera.
Meski mengakui kegagalannya sendiri dalam melindungi warga sipil di kibbutz, militer memuji keberanian warga Be’eri, termasuk tim respon cepatnya.
Militer “Israel” tidak siap menghadapi skenario penyusupan besar-besaran pejuang Hamas ke “Israel”, tidak memiliki pasukan yang memadai di daerah tersebut, tidak memiliki gambaran yang jelas tentang peristiwa tersebut hingga siang hari -beberapa jam setelah serangan dimulai, tidak memperingatkan penduduk Be’eri dengan baik, dan pertempuran tidak terkoordinasi, demikian hasil investigasi tersebut.
Namun, penyelidikan tidak menemukan kesalahan dalam penembakan tank ke arah sebuah rumah di mana para pejuang menawan sekitar 15 orang, sebuah insiden yang menuai kecaman di “Israel” karena telah membahayakan warga sipil.
“Setelah terdengar suara tembakan dari rumah tersebut dan para ‘teroris’ mengumumkan niat mereka untuk membunuh diri mereka sendiri dan para sandera, pasukan memutuskan untuk menyerbu rumah tersebut untuk menyelamatkan para sandera,” demikian klaim dari pihak militer.
Menteri Pertahanan “Israel” Yoav Gallant pada Kamis menyerukan penyelidikan negara atas kegagalan keamanan dalam serangan 7 Oktober.
Ia mengatakan bahwa penyelidikan tersebut harus menyelidiki Gallant sendiri dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Netanyahu telah menolak seruan sebelumnya untuk membentuk penyelidikan negara.
Militer mempresentasikan laporannya kepada penduduk Be’eri, banyak di antara mereka yang termasuk di antara puluhan ribu warga “Israel” yang masih mengungsi sejak serangan 7 Oktober.
“Saya tidak membutuhkan semua rincian ini,” kata Miri Gad Mesika, seorang anggota kibbutz. “Yang penting bagi saya adalah mengapa hal itu terjadi, bagaimana kita dapat mencegahnya terjadi lagi, bagaimana kita dapat membawa pulang para sandera dan bagaimana kita dapat merasa aman kembali.” (haninmazaya/arrahmah.id)