KABUL (Arrahmah.id) – Zabihullah Mujahid, berbicara dalam sebuah konferensi di Kabul pada Rabu (3/7/2024) setelah berakhirnya pertemuan Doha yang ketiga, mengatakan bahwa Afghanistan tidak terisolasi dan memiliki hubungan yang baik dengan sebagian besar negara di seluruh dunia.
Mujahid juga mengatakan kepada para wartawan di konferensi ini bahwa Afghanistan tidak akan pernah dibiarkan menjadi ladang persaingan politik global, lansir Tolo News.
Menurutnya, isu-isu hak asasi manusia dan pendidikan anak perempuan harus dipisahkan dari isu-isu politik, dan dunia tidak boleh menggunakannya sebagai alat untuk menekan pemerintah yang berkuasa.
Juru bicara Imarah Islam Afghanistan tersebut mengatakan: “Kami tidak mengizinkan Afghanistan menjadi medan pertempuran bagi kekuatan-kekuatan dunia. Kami ingin Afghanistan menjadi pusat untuk menarik kerja sama dan titik penghubung antar negara, bukan perpecahan.”
Zabihullah Mujahid menambahkan pada konferensi ini bahwa mereka akan berkomitmen pada konvensi global ketika Imarah Islam diakui di bawah kerangka kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa dan konvensi-konvensi ini sesuai dengan Syariah Islam.
Dia mengatakan: “Konvensi atau perjanjian dunia muncul berdasarkan komitmen. Kita dapat menyetujuinya ketika Imarah Islam diterima di bawah kerangka kerja umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedua, kita dapat mematuhi konvensi dan perjanjian global selama mereka tidak bertentangan dengan Syariah Islam dan kepentingan Afghanistan.”
Juru bicara Imarah Islam menggambarkan pertemuan Doha sebagai pertemuan yang produktif untuk Afghanistan dan menambahkan bahwa negara-negara dalam pertemuan ini mengakui kemajuan Afghanistan dan berkomitmen untuk bekerja sama dalam memperkuat sektor swasta dan memerangi narkoba.
Zabihullah Mujahid menambahkan: “Permintaan kami di akhir pertemuan adalah untuk menciptakan mekanisme praktis untuk memberikan bantuan praktis kepada warga Afghanistan di dua bidang ini. Mereka mengatakan bahwa mereka akan memasukkannya ke dalam rencana mereka. Saya dengan jelas mengatakan kepada semua peserta bahwa pertemuan tidak boleh hanya mengulang-ulang tetapi harus diikuti dengan tindakan.”
Sementara Imarah Islam menyebut pertemuan Doha ketiga sebagai pertemuan yang produktif, pertemuan ini menghadapi kritik karena tidak adanya perempuan. Namun IIA menyatakan tidak bertentangan dengan Syariah Islam dan kepentingan Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.id)