KABUL (Arrahmah.id) – Kepala kantor politik Imarah Islam Afghanistan di Doha, Suhail Shaheen, menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan Pakistan baru-baru ini, mengatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan siapa pun untuk menyakiti Afghanistan.
Shaheen mengatakan kepada Tolo News bahwa tanah Afghanistan tidak pernah digunakan untuk melawan negara manapun dan Afghanistan tidak akan mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Kepala kantor politik Imarah Islam di Qatar mengatakan kepada Tolo News: “Kami tidak menyakiti siapa pun atau membiarkan siapa pun menyakiti kami, dan kami tidak mencampuri urusan dalam negeri siapa pun; ini adalah kebijakan kami. Setiap petualang, sebelum melihat tanah yang dibanggakan ini dengan niat buruk, harus mempelajari sejarah penjajah di masa lalu secara menyeluruh dan mempertimbangkan konsekuensinya.”
Sebelumnya, Khawaja Muhammad Asif, Menteri Pertahanan Pakistan, sekali lagi mengklaim bahwa Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP) hadir di tanah Afghanistan.
Dia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Voice of America-Urdu bahwa Islamabad dapat menyerang tempat persembunyian Tehrik-i-Taliban Pakistan di tanah Afghanistan.
Khawaja Muhammad Asif, menanggapi pertanyaan dari seorang jurnalis tentang apakah serangan Pakistan ke Afghanistan bertentangan dengan hukum internasional, mengatakan: “Lihat, bukankah itu melanggar hukum internasional bahwa tanah mereka digunakan untuk melawan negara kita? Mereka telah memberikan perlindungan kepada para teroris, dan bagaimana Anda dapat mengatakan bahwa jika mereka melanggar hukum dan tidak mematuhi hak-hak tetangga, kita harus mengawasi dan mengemis kepada mereka, menganggap apa pun yang mereka lakukan sebagai bantuan kepada kita?”
Sementara itu, Maulana Fazl-ur-Rehman, pemimpin partai Jamiat Ulema-e-Islam Pakistan, yang melakukan perjalanan ke Peshawar, mengkritik tantangan yang belum terselesaikan antara Kabul dan Islamabad.
Maulana Fazl-ur-Rehman, pemimpin partai Jamiat Ulema-e-Islam Pakistan, mengatakan: “Jika roket ditembakkan dari Iran, Anda meresponsnya, dan kemudian dalam waktu seminggu, sebuah kesepakatan tercapai; tetapi mengapa hal ini tidak terjadi pada Afghanistan? Kita harus memahami bahwa Afghanistan sedang ditekan oleh agenda internasional, dan alih-alih memperkuat pemerintahan Imarah Islam saat ini, kita justru melemahkannya dengan mempertimbangkan kepentingan negara-negara ini.”
Mohammad Aimal Dosti, seorang analis politik, mengatakan dalam hal ini: “Pakistan adalah negara bermuka dua, dan kebijakannya selalu bermuka dua, tidak pernah menginginkan pemerintahan yang kuat dan berkuasa didirikan di Afghanistan.”
Dalam bagian pidatonya, Maulana Fazl-ur-Rehman juga menambahkan bahwa meskipun memiliki pasukan yang cukup dan profesional, pemerintah Pakistan tidak dapat mencegah masuknya teroris. (haninmazaya/arrahmah.id)