VICTORIA (Arrahmah.id) – Seorang wanita Melbourne menjadi sasaran serangan Islamofobia pada hari Kamis (6/6/2024), ungkap organisasi independen yang mencatat kasus sentimen anti-Muslim di Australia.
“Tadi malam, seorang wanita Melbourne menemukan kata-kata ‘Keluar Muslim C***’ dan ‘Matilah Palestina’ di samping sejumlah swastika yang dicorat-coret di pintu masuk di luar rumahnya di Victoria,” kata Islamophobia Register Australia dalam sebuah pernyataan pada Jumat (7/6).
“Korban, seorang wanita non-Muslim bernama Rita Mannessis percaya bahwa dia menjadi sasaran karena dia telah menunjukkan dukungan secara terbuka untuk perjuangan Palestina,” kata pernyataan itu.
Organisasi tersebut mencatat bahwa insiden itu terjadi di tengah lonjakan insiden Islamofobia yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak 7 Oktober.
Penyelidikan terhadap vandalisme di rumah wanita berusia 53 tahun itu masih berlangsung, kata polisi Victoria kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC).
“Sama sekali tidak ada tempat di masyarakat kita untuk simbol dan perilaku berdasarkan kebencian,” kata sebuah pernyataan.
Manessis mengatakan kepada ABC bahwa dia “sudah tidak peduli lagi saat ini”. Nmaun ia mengaku terkejut saat insiden itu terjadi dan segera memberitahu polisi.
Dia menyatakan bahwa insiden tersebut tidak akan mencegahnya untuk berpartisipasi dalam aksi-aksi dan protes pro-Palestina di masa depan.
“Saya tidak merasa tidak aman. Saya merasa lebih marah, karena kami tahu mengapa mereka melakukan ini, yaitu untuk mengintimidasi orang,” tambah Manessis.
Dia memiliki pesan yang tegas untuk para pelaku, “Saya akan mengatakan kepada orang ini, siapa pun pelakunya: ‘Terima kasih telah menyoroti perpecahan yang sebenarnya dan anti-Semitisme yang sebenarnya dan Islamofobia yang sebenarnya yang ada di lingkungan lokal kita’.”
Direktur Eksekutif Islamophobia Register Australia Nora Amath mengatakan bahwa lebih banyak insiden seperti yang terjadi pada Manessis dapat terjadi jika wacana publik seputar perang “Israel”-Gaza terus menjadi “polarisasi, menghasut, dan merendahkan martabat.”
Amath juga menyoroti bahwa laporan dan diskusi publik tentang perang “Israel”-Gaza perlu memberikan lebih banyak konteks dan lebih bijaksana. (Rafa/arrahmah.id)